KUPANG, KOMPAS.com - Suasana siang itu, Selasa (22/2/2022), terlihat ramai. Ratusan warga perwakilan dari delapan kecamatan dan 32 desa, hadir di Kampung Watung Ngong, Desa Satar Nawang, Kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mereka menyambut kedatangan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno dan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT Arief Mahmud dan sejumlah pejabat lainnya.
Sambutan secara adat pun berlangsung di tengah jalan. Para tokoh adat atau warga setempat menyebutnya Tua Golo, menggelar tikar di jalan raya sambil duduk.
Baca juga: Sudah 4 Hari, 3 Napi yang Kabur dari Rutan Ruteng NTT Belum Ditemukan
Sekitar lima menit kemudian, acara sapaan adat selesai. Puluhan tokoh adat dan tokoh masyarakat bersama sejumlah penari, berjalan beriringan dengan Dirjen dan rombongan menuju Aula Paroki Gereja Katolik Santu Eduardus Watu Ngong.
Di tempat itulah, sudah menanti ratusan warga lainnya yang bersiap mengikuti acara Lonto Leok (duduk bersama atau musyawarah) antara tiga pilar, yakni pemerintah, tokoh agama dan masyarakat adat.
Dirjen KSDAE, Kepala Balai BBKSDA NTT, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Kapolres Manggarai Timur, Jaksa, rohaniawan Katolik, perwakilan MUI, Wakil Ketua DPRD Manggarai Timur, didaulat duduk di bagian depan.
Mereka menghadap ke arah para tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan camat serta kepala desa. Mereka duduk dengan menggelar tikar. Semua sepatu di lepas di pintu masuk aula tersebut.
Baca juga: Seorang Pria di Manggarai Timur Diduga Aniaya Ibu Kandungnya
Acara Lonto Leok kali ini, mereka membahas tentang kawasan hutan di Manggarai Timur yang masuk dalam Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng. Kawasan hutan itu, sebagian telah dijadikan sebagai kebun oleh warga dan masyarakat adat untuk menanam kopi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Boni Hasudungan Siregar, yang membuka acara itu, menyebut, TWA Ruteng, memiliki luas 32.345 hektar.