Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Murid TK di Sekolah Laut Sakila Kerti Tegal Cukup Bayar dengan Sampah Setiap Jumat

Kompas.com - 18/02/2022, 12:01 WIB
Tresno Setiadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com - Bersekolah di Sekolah Laut Sakila Kerti yang berada di kawasan objek wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal, Jawa Tengah, tak dipungut uang alias gratis.

Siswa Taman Kanak-kanak (TK) di sekolah itu cukup membawa sampah seadanya setiap Jumat.

Hal tersebut disambut antusiasme masyarakat sekitar yang mayoritas nelayan dan pedagang kecil.

Baca juga: Gowes Keliling Indonesia, Maia Lan dan Rafli Terapkan Zero Waste, Gunakan Jeriken hingga Singgah ke Bank Sampah

Salah satu orangtua siswa, Dini (35), sejak anaknya bersekolah pada September 2021, tak pernah ditarik biaya alias gratis. Termasuk tidak ada uang pendaftaran maupun bulanan.

"Sekolah gratis, hanya setiap Jumat bawa sampah seadanya, kalau tidak ya tidak apa-apa, tidak harus. Tanpa biaya apapun," kata Dini ditemui Kompas.com, saat menunggu anaknya belajar di Sekolah Laut Sakila Kerti, Jumat (18/2/202).

Orangtua dari Yunda Maudy Atabina (4) mengaku sangat terbantu dengan keberadaan sekolah gratis.

Apalagi penghasilannya sebagai pedagang kecil tak menentu di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Bank Sampah di Banyuwangi Olah Limbah Masker Jadi Pot Bunga

Menurut warga Jalan Bali, Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, sekolah gratis di lingkungannya baru ada kali ini.

"Sekolah gratis baru di sini. Sangat membantu seperti saya pedagang kecil kurang mampu," kata Dini.

Dini berujar, meski gratis, kualitas pendidikan di Sekolah Laut cukup baik. Selain itu, tenaga pendidiknya juga dikenal ramah dan mudah dekat dengan anak-anak.

"Kualitas pendidikannya menurut saya akreditasi A, tak kalah sama sekolah umum yang bayar. Apalagi di sini guru gurunya juga perhatian banget, baik sama sama anak anak," sebut Dini.

Senada disampaikan Dewi, orangtua siswa Meyzana Ayuningtyas (5). Warga Jalan Sangir, Mintaragen ini menyebut keberadaan sekolah gratis sangat membantu warga sekitar.

"Utamanya warga pesisir yang secara ekonomi memang kurang mampu. Ini sangat membantu kami semua," kata Dewi.

Baik Dini maupun Dewi, berharap sekolah gratis tersebut terus ada. Setidaknya sangat bermanfaat bagi warga sekitar di tengah biaya pendidikan umum yang kian mahal.

Baca juga: Melihat Bank Sampah Banyuwangi, Warga Bisa Tukar Sampah dengan Rupiah

Sementara Pengelola Sekolah Laut PAI Sakila Kerti, Dr. Yusqon mengatakan, sekolah gratis tersebut beroperasi sejak Juli 2021 dan kini memiliki lebih dari 100 siswa TK.

Keberadaan sekolah tersebut diharapkan dapat meringankan beban ekonomi warga kurang mampu untuk mewujudkan merdeka belajar bagi setiap orang.

"Tak hanya melayani pendidikan gratis untuk TK, namun juga ada kejar paket. Sekolah di sini merupakan pengembangan dari Sekolah Terminal yang juga gratis yang sudah ada sejak 2011," kata Yusqon.

Yusqon mengatakan, terkait pembayaran dengan sampah, merupakan bukan suatu keharusan. Cukup bagi yang memang di rumahnya memiliki sampah rumah tangga yang bisa dipilah.

Sampah yang memiliki nilai ekonomis, selanjutnya dibeli Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tegal.

Baca juga: Kelola Bank Sampah, DLH Kabupaten Semarang Perkenalkan Silopah

Uang hasil penjualan sebagai kas operasional seperti membayar kebutuhan air bersih yang digunakan para siswa.

"Uangnya untuk operasional misal beli kebutuhan air, yang intinya kembali lagi ke anak. Sedangkan untuk tenaga pendidikan relawan dapat uang saku. Termasuk ada honor dari pengelola lembaga ," pungkas Yusqon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Regional
Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Regional
Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Regional
7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com