Para bangsawan itu rata-rata memiliki gelar Andi Bau di depan nama mereka sebagai tanda kebangsawanan.
Banyaknya bangsawan bergelar Bau yang datang ke Buton inilah yang menyebabkan daerah itu disebut Baubau.
Dengan demikian, asal-usul nama Kota Baubau sama sekali tidak ada hubungannya dengan aroma.
Wangi-Wangi merupakan ibu kota Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dipimpin oleh seorang camat, maka daerah ini lebih tepat disebut sebagai Kecamatan Wangiwangi.
Kecamatan Wangi-Wangi memiliki luas wilayah sekitar 23.359 kilometer persegi, yang terdiri dari 6 kelurahan dan 14 desa.
Wangi-Wangi dikelilingi oleh sejumlah pulau-pulau kecil, seperti Kapota, Kampenaua, Timu, Sumangga, dan Ottoue.
Baca juga: Wisata ke Buton, Jangan Lupa Makan Sop Konro di RM Wangi-Wangi
Selain sebagai ibu kota, Wangi-Wangi juga merupakan gerbang utama untuk memasuki Kabupaten Wakatobi.
Wangi-Wangi dikenal dengan beragam destinasi wisatanya, seperti atraksi lumba-lumba, hingga wisata bahari ke Pantai Sousu yang terkenal dengan pepohonan mirip cemara.
Tidak hanya pantai, Wangi-Wangi juga memiliki beberapa telaga gua dengan kondisi air yang bersih dan jernih.
Beberapa di antaranya yaitu Telaga Gua Topa di Kelurahan Mandati, Telaga Gua Kontamale di Kelurahan Wanci, dan Telaga Gua Tee Kosapi di Kelurahan Wanci.
Saat berkunjung ke Wangi-Wangi, wisatawan juga bisa menambah wawasan dengan belajar budaya dan sejarah di Desa Adat Liya Togo.
Para penduduk desa adat ini tinggal di rumah anggung kayu, dengan kebiasaan yang mengakar sejak era Kerajaan Liya yang merupakan bagian dari Kesultanan Buton.
Sumber:
Baubaukota.go.id
Kompas.com