Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brigita, Menanti Kabar Anaknya, ABK yang Hilang di Mauritius, Afrika

Kompas.com - 07/02/2022, 08:52 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Hampir setahun lamanya, Brigita Telik (55), tak lagi mendengar kabar putranya Klaudius Ukat (24).

Terakhir, putranya itu bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal ikan milik PT Der Hai, yang beroperasi di negara Mauritius, Afrika Timur.

Ibu rumah tangga asal Atapupu, Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), bersama suaminya Markus Ukat (49), sudah berjuang menemui sejumlah pihak untuk menemukn keberadaan anaknya.

Namun mereka tak pernah mendapatkan jawaban memuaskan mengenai di mana sang anak berada.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 6 Februari 2022

Datangi sejumlah tempat cari sang anak

Pasangan itu telah mendatangi berbagai tempat. Mulai dari perusahaan tempat anaknya bekerja, teman kerja, hingga Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), termasuk Kementerian Luar Negeri.

Tetapi keberadaan anaknya masih belum diketahui.

"Saya telepon dan video call terakhir dengan anak saya pada 26 Februari 2021 lalu. Setelah itu tidak ada lagi kabar. Nomor kontaknya tidak aktif lagi," ujar Brigita, kepada Kompas.com, Minggu (6/2/2022).

Baca juga: Foto AHY Dibakar Simpatisan Jefri Riwu Kore di Kupang, Begini Sikap DPP Demokrat

Bekerja di luar negeri

Brigita menuturkan, semenjak tamat dari Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Kupang tahun 2018 lalu, Klaudius bekerja di sebuah kapal ikan di Amerika Serikat.

Di Negeri Paman Sam, Klaudius bekerja selama dua tahun.

Setiap bulan, putra kedua dari empat bersaudara itu, selalu mengirim uang untuk orangtuanya. Komunikasi dengan ayah dan ibunya melalui telepon seluler tetap lancar.

Kemudian, pada Februari 2020, Klaudius pindah kerja sebagai ABK di sebuah kapal ikan yang bermarkas di Mauritius, Afrika Timur.

Semua kegiatan putranya di kapal, selalu disampaikan kepada orangtuanya.

"Waktu telepon itu, dia sampaikan akan mengantar temannya Phiter Tunabenani, yang telah selesai masa kontraknya dan akan kembali ke Indonesia," ungkap Brigita.

Baca juga: Didemo Simpatisan Jefri Riwu Kore, Ketua Demokrat NTT: Mereka Harus Introspeksi

Temannya Phiter lanjut Brigita, berasal dari Atambua, Kabupaten Belu dan bekerja di kapal yang berbeda.

Brigita kembali mencoba menghubungi Kladius melalui telepon seluler pada 27 Februari 2021, tetapi di luar jangkauan.

Tak puas, Brigita lalu menanyakan ke teman Klaudius yang bekerja sebagai koki di kapal, temasuk ke perusahaan, namun tidak diketahui keberadaannya.

Baca juga: Demokrat NTT Usung AHY Jadi Capres 2024

Pingsan

Brigita baru mengetahui kalau putranya menghilang, setelah ada seorang kerabat mereka yang menghubunginya pada 4 Maret 2021.

Mendengar informasi itu, Brigita langsung jatuh pingsan. Dia tak menyangka putranya akan mengalami kejadian itu.

Klaudius menghilang bersama Phiter Tunabenani dan lima orang ABK lainnya asal Indonesia.

Meski begitu, Brigita masih optimistis anaknya dalam kondisi baik-baik saja, sehingga dia berharap, bantuan dari pemerintah pusat untuk segera menemukan anaknya.

Baca juga: Didemo Simpatisan Jefri Riwu Kore, Ketua Demokrat NTT: Mereka Harus Introspeksi

Saat ini, Brigita bersama orangtua Phiter sedang berusaha menghubungi beberapa instansi terkait untuk bisa membantu menemukan anak mereka.

"Sekarang kami hanya berdoa minta bantuan dari semua pihak, supaya masalah ini segera tuntas. Kami juga ingin tahu betul keberadaan mereka, mau kondisi seperti apa pun yang penting kami bisa tahu jelas," ujar dia.

Baca juga: Pemprov NTT Kini Dilibatkan Kelola TN Komodo, Dinas Pariwisata: Ini Luar Biasa, Suatu Sejarah...

Keributan di atas kapal

Dihubungi terpisah, ayah kandung Phiter Tunabenani, Gabriel Ulu Tunabenani, mengatakan, hilangnya sang anak bermula adanya keributan dengan ABK kapal mandor dan kapten kapal asal Vietnam.

Keributan antara anaknya dan enam orang rekannya dengan warga Vietnam itu terjadi di kapal ikan WeiFa, yang sedang bersandar di area pelabuhan Port Louis Mauritius.

Baca juga: Puluhan Rumah Warga di Sikka NTT Terendam Banjir, Ratusan Warga Mengungsi ke Kantor Camat

"Akibat keributan itu, menyebabkan anak saya terkena bacokan di wajahnya," ungkap Gabriel.

Phiter pun sempat mengirim foto wajahnya yang terkena bacok ke grup WA pekerja Indonesia. Kemudian, foto itu diteruskan sampai ke keluarga.

Setelah itu kata Gabriel, anaknya bersama enam orang rekan hilang kontak hingga kini.

Menurut Gabriel, anaknya bersama enam orang rekannya merupakan pekerja legal karena memiliki dokumen resmi.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 6 Februari 2022

"Anak saya ini sudah enam tahun bekerja sebagai ABK di salah satu kapal ikan milik PT Lymbung Arta Samudra. Selama ini dia baik-baik saja," ujar Gabriel.

Karena itu, Gabriel berharap anaknya bisa segera ditemukan kembali dalam kondisi yang sehat.

"Harapan kami dari orangtua, mohon pemerintah Indonesia memberikan perhatian bagi anak-anak kami yang hilang. Keadaan seperti apa kami menunggu dari pemerintah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Regional
Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Regional
Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Regional
Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Korban Dibunuh di Bandung, Pelaku Ditangkap di Palembang

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Korban Dibunuh di Bandung, Pelaku Ditangkap di Palembang

Regional
Kantor UPT Pembibitan Pertanian NTT Terbakar, 2 Bangunan dan 4 Mobil Hangus

Kantor UPT Pembibitan Pertanian NTT Terbakar, 2 Bangunan dan 4 Mobil Hangus

Regional
Dinyatakan Bersalah Jadi Sebab Banjir di Kota Serang, BBWSC3 Banding

Dinyatakan Bersalah Jadi Sebab Banjir di Kota Serang, BBWSC3 Banding

Regional
Hari Pertama PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang, Belum Ada yang Daftar

Hari Pertama PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang, Belum Ada yang Daftar

Regional
Pemprov Sumbar Siapkan 6 Titik Nobar Timnas lewat Videotron

Pemprov Sumbar Siapkan 6 Titik Nobar Timnas lewat Videotron

Regional
PSI dan PBB Beri Sinyal Kuat Dukung Andra Soni di Pilkada Banten 2024

PSI dan PBB Beri Sinyal Kuat Dukung Andra Soni di Pilkada Banten 2024

Regional
Vonny Francis, Perempuan Pertama yang Menyatakan Diri Maju Pilkada Sikka

Vonny Francis, Perempuan Pertama yang Menyatakan Diri Maju Pilkada Sikka

Regional
Di Sumbawa, Jokowi Ungkap Penyebab Turunnya Harga Jagung

Di Sumbawa, Jokowi Ungkap Penyebab Turunnya Harga Jagung

Regional
Pembangunan 'Sheet Pile' di Kawasan Rawan Rob Semarang Capai 70 Persen

Pembangunan "Sheet Pile" di Kawasan Rawan Rob Semarang Capai 70 Persen

Regional
Mengaku Cari Kalung Buat Seserahan, 2 Ibu Rumah Tangga Bobol Toko Emas

Mengaku Cari Kalung Buat Seserahan, 2 Ibu Rumah Tangga Bobol Toko Emas

Regional
Rem Blong, Truk Bermuatan 6 Ton Semangka Terguling di Wonosobo

Rem Blong, Truk Bermuatan 6 Ton Semangka Terguling di Wonosobo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com