Sementara itu, menurut Selly Iskandar, psikiater dari fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, ada beragam motif yang mendorong orang mau minum miras oplosan.
Namun, secara umum, Selly menyebut ada dua alasan utama orang nekat meminum miras oplosan.
"Satu dia tidak merasa nyaman dengan dirinya, entah cemas, entah sedih, dia enggak suka dengan dirinya, entah enggak bisa tidur. Yang seperti itu perlu diobati, Itu masuknya ke psikiatris. Kedua, alasannya dia udah ok, tapi pengen lebih ok. Dia ngumpul sama orang (kelompoknya) tapi dirasa ada yang kurang, itu biasanya di acara ngumpul-ngumpul bareng," ungkap Selly, saat ditemui di Rumah Sakit Melinda 2, Jalan Padjadjaran, Sabtu (28/4/2018).
Saat itu dirinya juga menjelaskan, kasus kematian akibat miras oplosan harus mendapat perhatian.
Selly menuturkan, grafik kematian akibat keracunan metanol (methanol poisoning) khususnya di Jawa Barat juga cenderung meningkat.
Selly mencatat lebih kurang pada tahun 2018 itu ada 250 kasus laporan keracunan metanol, dengan korban tewas lebih dari 60 orang.
"Angka grafik epidemiologi bukan turun, naik terus, dan Jabar salah satu tempat paling tinggi kasus miras oplosan," tuturnya.
(Penulis : Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho, Kontributor Palembang, Aji YK Putra, Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani | Editor : Robertus Belarminus, Dony Aprian)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.