Menurut Arnold, KM Awu yang melintas sekali seminggu di Pelabuhan Waingapu sangat membantu masyarakat setempat untuk bepergian.
"Terjangkau," singkat dia.
Meski begitu, Arnold mengeluhkan pengawasan penumpang saat menaiki kapal. Calon penumpang, kata dia, berdesakan saat mengisi formulir di terminal keberangkatan Pelabuhan Waingapu.
"Maksudnya itu belum berkualitas, kan kita menghindar karena ini Covid-19," kata dia.
Penumpang lainnya, Lamalen terlihat sibuk membujuk anaknya yang merajuk. Lamalen merupakan penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Barat.
Ia pulang bersama suami dan dua anaknya. Lamalen hendak pulang ke Kabupaten Ende.
"Pesawat itu kita uang tidak ada, lebih murah kapal. Pesawat itu dua juta lebih, kita tiga orang berangkat," kata Lamalen, Rabu.
Baca juga: Besok, Jenazah Mantan Gubernur NTT Diterbangkan dari Bali Menuju Kupang
Lamalen sudah hampir seminggu di KM Awu. Tak lama lagi, ia akan tiba di Pelabuhan Ende.
"Kita mau bosan bagaimana? Kita mau cepat ya kita pakai pesawat. Kita mampu hanya kapal," kata dia.
Perempuan yang bekerja di kebun sawit di Kalimantan Barat itu mengaku baru delapan bulan merantau. Ia terpaksa pulang ke Ende karena rumahnya tak ada yang menghuni.
Sebelumnya rumah itu dihuni anak dan menantunya. Kini, anak dan menantunya membeli rumah baru. Mereka tak lagi tinggal di rumah Lamalen.
Selain faktor harga tiket lebih murah, Lamalen memilih kapal laut karena bisa membawa banyak barang. Penumpang diizinkan membawa barang sebanyak 40 kilogram.
Sehingga, ia bisa membawa barang-barang dari rumah di Kotawaringin Barat.
"Kalau pesawat itu mahal, barang-barang tidak muat. Kalau di sini kita mau bawa berapa muat, tiket kapal juga murah," kata Lamalen.
"Kalau pakai pesawat Rp 2 juta lebih (satu orang), tiga orang sudah berapa itu," kata dia.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya Sempat Dirawat 2 Minggu di RS
Lamalen tak menampik satu-satunya kendala yang dihadapi selama lima hari di KM Awu adalah menghadapi anaknya yang rewel.
"Tapi mau gimana, hemat, kita terima saja," kata dia.
Sementara itu, Viky penumpang dari Pelabuhan Kumai menuju Pelabuhan Tenau Kupang punya alasan lain untuk memilih perjalanan menggunakan KM Awu.
Ini pertama kalinya Viky pulang dengan kapal laut. Biasanya, ia pulang ke Kupang dengan pesawat terbang.
"Kali ini mau naik kapal laut, karena pertimbangan ada teman. Pertama kali rasa rasa takut gitu, cuma dalam perjalanan sudah nyaman begitu," kata dia.
Baca juga: Mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya Meninggal Dunia di Bali