MAGELANG, KOMPAS.com - Meski memiliki keterbatasan dalam penglihatan, Muhammad Fuad Gufron tetap bersemangat mendidik siswa disabilitas.
Pria berumur 31 tahun itu rela mengabdikan diri meski Ayu Setya Nurhasya (16) adalah satu-satunya siswa di kelasnya.
Tak hanya sama-sama memiliki keterbatasan penglihatan, Fuad dan siswanya itu juga terpaksa menggunakan fasilitas terbatas.
Baca juga: Kisah Guru Andik Santoso, 9 Kali Ganti Motor karena Rusak, Pernah Jalan Kaki 22 Km untuk Mengajar
Beberapa bulan terakhir, kegiatan belajar mengajar dilakukan di gudang karena ruangan kelas sedang dalam perbaikan.
Fuad mengaku sudah 7 tahun mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Ma'arif Muntilan, Kabupaten Magelang.
Mengajar adalah panggilan jiwa yang dicita-citakan sejak kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
"Sejak kuliah saya sudah ingin mengajar, terutama anak-anak dengan keterbatasan seperti saya," kata Fuad, Kamis (25/11/2021).
Baca juga: Miris, Masih Ada Guru Honorer di Gunungkidul Digaji Rp 150.000 Per Bulan
Update : Kompas.com menggalang donasi bersama kitabisa.com untuk membantu kisah inspiratif Bapak Fuad, yang tetap gigih mendidik siswa siswi di tengah keterbatasan dengan cara klik di sini.
Fuad sungguh bersyukur ada sekolah yang mau menerimanya meskipun upah yang diterima setiap bulan tidak lebih dari Rp 1 juta per bulan.
Ia harus menempuh belasan kilometer dari rumahnya di Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, menuju sekolahnya.
Fuad naik angkutan umum dan berganti sampai 3 kali pergi pulang. Waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Beruntung jika ada tumpangan tetangga atau warga naik motor maka bisa memangkas waktu tempuhnya.
"Kalau naik angkutan bisa habis Rp 25.000 setiap hari, tapi saya kadang menginap di asrama sekolah saja agar lebih hemat," ungkap Fuad.
Menurutnya, menjadi guru adalah panggilan jiwa sehingga rintangan dan segala keterbatasan adalah motivasi diri untuk kreatif menemukan solusi.
Fuad mengaku pernah mengalami diskriminasi di lingkungan sekitarnya.
"Tantangan atau keterbatasan yang kita hadapi itu bisa menjadi sebuah pelajaran yang berharga dan menjadikan kita lebih berinovasi. Kita juga tetap berpikir positif agar perlahan orang lain juga berpikir positif terhadap tunanetra," ucapnya.