Firdda mengatakan, mereka sering dianggap berisik dan bawel di sekolah karena sering melakukan protes.
Dari kebiasaannya itu, pengasuh teater mereka memberi nama band Voice of Baceprot yang bermakna berisik atau bawel.
"Kalau ada hal yang enggak benar di sekolah, pasti kita protes. Kita juga sering bikin tulisan di mading. Kita disebut anak-anak berisik, makanya dinamakan Voice of Baceprot,” ujar Firdda.
Dari kebiasaan mereka protes, kini mereka banyak merilis lagu tentang kritik sosial.
Baca juga: Bangga, Band Metal Asal Garut, Voice of Baceprot Bakal Konser di Eropa
Karier mereka di bidang musik tidak mulus lantaran sempat mendapat penolakan dari keluarga.
Apalagi musik yang mereka bawakan terlalu keras, sehingga keluarga takut dianggap buruk oleh tetangga.
"Teteh (kakak) pernah menelepon sama Abah Erza sambil marah-marah. Aku kan sering pulang sore buat latihan setiap hari. Malu sama tetangga kan cewek,” ujar Euis Siti Aisyah.
Bahkan Siti sempat dikunci di kamar mandi agar tidak bisa berangkat latihan, namun akhirnya bisa kabur.
Perjuangan mereka mulai terlihat hasilnya saat membawakan ulang lagu dari Rage Against The Machine dan diunggah ke media sosial.
Semakin populer, mereka terus membawakan ulang lagu-lagu band ternama, seperti RHCP, Metallica, dan Slipknot.
Baca juga: Rute Tercepat Menuju Desa Wisata Saung Ciburial dari Terminal Garut