"Awalnya kebetulan di sini ada tukang rongsok, tapi sudah sepuh. Kami mencari rongsok untuk membantu bapak ini, bapak cukup memilah di rumah, hasilnya 50:50," kata Toni.
Ternyata antusiasme masyarakat di RW yang dihuni sekitar 430 kepala keluarga (KK) itu cukup tinggi. Sehingga pengurus RW membangun Rumah Sedekah Jelantah dan Rongsok di atas tanah warga.
Setia rumah difasilitasi botol untuk menampung jelantah dan karung untuk mengumpulkan rongsok.
Lebih lanjut Toni mengatakan, setiap bulan dapat mengumpulkan antara 4 hingga 8 derijen jelantah ukuran 18 liter.
Setiap derijen dijual kepada pengepul yang telah menjalin kerja sama sebebsar Rp 100.000 per derijen.
"Jelantah ini akan diolah menjadi bio diesel. Kami sudah memastikan kepada pengepul bahwa jelantah ini tidak diolah lagi menjadi minyakl goreng, mereka sudah berizin," ujar Toni.
Baca juga: Mau Direnovasi Menteri, Pasar Bawah Bukittinggi Terbakar, 300 Lapak Jadi Abu
Sedangkan untuk barang-barang bekas yang djual harganya bervariasi, tergantung jenisnya, seperti botoh plastik, kaleng, hingga mesin cuci yang rusak.
"Setiap bulan rata-rata terkumpul uang hasi penjualan jelantah dan rongsok sekitar Rp 2 juta," ungkap Toni.
Uang tersebut kemudian didistribusikan untuk warga yang membutuhkan melalui gerakan Wadas Kelir Berbagi.
Toni menuturkan, bantuan tersebut disalurkan untuk warga terdampak pandemi Covid-19 yang belum ter-cover program pemerintah.
Selain itu juga untuk lansia yang tidak mampu dan beasiswa pendidikan untuk siswa tidak mampu.