Dasar falsafah Monumen Bajra Sandhi
Bajra Sandhi merupakan perwujudan dari Lingga dan Yoni.
Lingga adalah Lambang Purusa (pria), sedangkan Yoni adalah Lambang Pradana (wanita).
Pertemuan antara kedua unsur tersebut, kata Artana, merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan.
Selain falsafah Lingga-Yoni, monumen itu juga dilandasi oleh falsafah kisah Pemutaran Mandara Giri (Gunung Mandara) di Ksirarnawa (Lautan Susu). Kisah tersebut bersumber dari Kitab Adi Parwa yaitu parwa pertama dari epos Mahabharata.
"Dalam cerita itu para Dewa dan Daitya/Raksasa mencari Tirta Amertha (air kehidupan abadi) dengan jalan memutar Gunung Mandara di Ksirarnawa," kata dia.
Baca juga: Jejak dr Soetomo di Desa Ngepeh Nganjuk
Selain itu, bangunan monumen juga menyerupai bentuk Bajra (genta) yang tinggi menjulang.
Dinding dibuat dengan sistem tulang beton cor dan dilapisi dengan batuan andesit (lahar).
Artana menyebutkan, secara horisontal susunan bangunan monumen berbentuk bujur sangkar yang mengacu pada Konsep Tri Mandala.
Tiga konsep Tri Mandala itu, lanjut Artana, pertama Nista Mandala (Jaba Sisi), diwujudkan dalam bentuk pelataran luar yang mengelilingi monumen yang dilengkapi dengan jalan setapak, pertamanan, tempat duduk, serta untuk kegiatan olahraga.
Kedua, Madia Mandala (Jaba Tengah), yang berada dilapis kedua merupakan sebuah pelataran yang dikelilingi oleh pagar bangunan yang dilengkapi pintu gerbang (candi bentar) pada keempat sisi arah mata angin.
Ketiga, Utama Mandala (Jeroan), merupakan inti bangunan, terdapat gedung utama yang dikelilingi oleh telaga, jalan setapak dan bale bengong yang berada pada setiap sudut.
Baca juga: Luhut Beri Waktu 1 Minggu Bali Perbaiki Penanganan Covid-19, Ini Kata Gubernur
Selain itu, secara vertikal, monumen ini juga terbagi menjadi tiga bagian yang mengacu pada Konsep Tri Angga.
Tiga konsep yang dimaksud, lanjut Artana, pertama Nistaning Utama Mandala (Nistaning Angga) adalah lantai gedung monumen yang terbawah.
Pada bagian itu terdapat Ruang Informasi, Ruang Pameran, Ruang Perpustakaan, Ruang Rapat, Toko Cinderamata, dan Toilet.
"Di tengah lantai terdapat telaga yang dinamai Puser Tasik dengan 8 tiang agung, dan jalan tangga naik merupakan Tapak Dara," tuturnya.
Kedua adalah Madianing Utama Mandala (Madianing Angga) adalah lantai tengah atau lantai dua yang dimanfaatkan untuk penempatan 33 Unit Diorama yaitu tempat dipajangkannya miniatur Perjuangan Rakyat Bali dari masa ke masa.
Ketiga, Utamaning Utama Mandala (Utamaning Angga) adalah lantai teratas yang berfungsi sebagai Ruang Peninjauan dan tempat merenung sambil menikmati suasana keindahan di sekeliling monumen.
"Dari seluruh bangunan, yang menjadi madianing utama mandala ada di lantai tengah monumen," kata dia.
Baca juga: Resep Sate Lilit Ikan Tenggiri Khas Bali, Sajikan Bersama Sambal Matah