BULUKUMBA, KOMPAS.com- Kekejaman Kapten Raymond Pierre Paul Westerling yang memimpin Legiun Ratu Adil di Sulawesi Selatan, akan terus membekas di benak Abdul Halik.
Laki-laki 84 tahun ini melihat langsung ayahnya dibantai bersama beberapa Pejuang Kemerdekaan Indonesia di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Peristiwa itu terjadi pada 1948, kala Abdul Halik masih berusia 11 tahun.
Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan
Ayah Abdul Halik, Becce Betta, memang termasuk salah satu Pejuang Kemerdekaan yang sudah lama dicari tentara Belanda.
Saat tentara yang dipimpin Westerling tiba di Sulawesi Selatan, Becce Betta pun harus bersembunyi.
"Sembunyi di Bontosunggu jadi setiap pagi saya bawakan makanan. Namun ada mata-mata membongkar keberadaannya, akhirnya Belanda menangkap ayah pada hari Kamis, lalu memasukkan ke penjara Bulukumba," kata Abdul Halik kepada Kompas.com, Rabu (11/8/2021).
Sehari setelah ayahnya ditangkap bersama pejuang lain, Abdul Halik mengingat pasukan Belanda memerintahkan warga berkumpul di kawasan Barabba, Bulukumba.
"Saya juga ikut ke lokasi. Ayah dan pejuang lainnya diikat pakai rantai di atas mobil lalu ditembak mati oleh Belanda," kata Abdul Halik.
Baca juga: Mengapa Jalan Ini Dinamai Korban 40.000 Jiwa?
Abdul Halik yang masih kecil terdiam saat melihat ayahnya ditembak. Dia hanya bisa menahan perih karena harus kehilangan ayah untuk selamanya.
Tidak hanya terhadap ayahnya, Abdul Halik juga beberapa kali menyaksikan kekejaman tentara yang dipimpin Westerling.
"Jadi ada banyak 44 titik penembakan pejuang pahlawan di antaranya Jembatan Sapiri, lapangan sepak bola Ponre dan Kirasa. Lokasi ini jadi saksi bisu para pajuang ditangkap lalu dan ditembak mati," bebernya.
Baca juga: Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia, Korban Pembantaian Westerling Beri Penolakan
Abdul Halik menyebut ada sekitar 40.000 korban pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan.
Khusus pejuang Bulukumba yang gugur 379 jiwa, selebihnya ada dari beberapa Kabupaten di antaranya Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Gowa.
Sementara di pihak Belanda, jumlah korban yang dilaporkan adalah sekitar 3.000 jiwa.
"Ada 80 persen jenazah para pahlawan dari Bulukumba, dimakamkan di Taman Pahlawan Taccorong Bulukumba dan 20 persen dimakamkan oleh pihak keluarga,"jelasnya.