Candi yang diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-7 Masehi ini menggambarkan sepasang domba saling berhadapan di tengah pohon kalpataru.
Dalam analisis Denie, pada zaman tersebut terjadi pertukaran benda ataupun komoditas terbaik antar dua kerajaan, yaitu kerajaan Mataram dan kerajaan di wilayah Sunda.
Relief domba garut tersebut mengidentifikasikan bahwa spesies ini merupakan salah satu benda terbaik yang dimiliki kerajaan Sunda.
Relief tersebut dominan menggambarkan domba yang identik dengan domba garut.
Hal ini terlihat dari bentuk garis muka ngabenguk, kuping yang rumpung, tanduk ngabendo, hingga potongan rambut nyinga yang secara persis menggambarkan bentuk domba garut.
“Sehingga kalau kita pahami persis, sebetulnya domba garut itu adalah domba asli dari Garut,” kata Denie.
Tidak hanya budaya, Denie juga mengungkapkan bahwa domba garut berkontribusi memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Beragam istilah domba garut dalam bahasa Sunda telah menjadi pengaya bagi khazanah kosakata baru bahasa Indonesia maupun sudah digunakan menjadi istilah internasional.
“Beberapa istilah seperti rumpung, ngadaun hiris, ngabuntut bagong, dan ngabuntut beurit itu sudah menjadi bahasa Indonesia dan sudah jadi bahasa internasional,” kata Denie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.