Baru setelah bantuan TNI-Polri tiba, mayat-mayat tersebut bisa dimakamkan.
"Memakamkan mayat sata itu jadi masalah sendiri. Dua hari setelah kejadian kami baru bisa memakamkannya," kata dia.
Kadir mengenang saat itu manajemen bencana di Indonesia belum ada. Komunikasi ke pemerintahan juga baru bisa dilakukan beberapa jam setelah kejadian.
Bantuan pun tak langsung datang pada saat itu.
"Disaster manajemen saat itu masih kacau. Pendataan hingga penyaluran bantuan belum tertata hingga banyak kekacauan," kata dia.
Sehari kemudian, pasukan TNI-Polri datang untuk membantu dibarengi dengan banyak bantuan makanan hingga pakaian yang melimpah.
Baca juga: Penyebab Bupati Alor Marah terhadap Mensos Risma, Gegara Bantuan PKH Diurus DPRD
Untuk diketahui, saat itu gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR terjadi di 10 derajat Lintang Selatan dan 112.74 Bujur Timur, pada kedalaman 33 km dengan pusat gempa sekitar 225 km selatan Malang, atau di Samudera Hindia.
Tsunami lalu menerjang daerah pesisir selatan Jawa Timur.
Banyuwangi saat itu menjadi daerah dengan korban tewas terbanyak.
Tsunami ini menerjang sejumlah wilayah seperti Dusun Pancer, Rajegwesi, Lampon, hingga Pantai Grajagan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.