Dengan demikian, kata Harry sejak ribuan tahun silam, wilayah ini sudah dihuni secara kontemporer dan terjadi interaksi antara satu sama lain, sebagaimana terbukti dari kesamaan alat.
“Jadi wilayah ibu kota negara ini punya sejarah panjang. Leluhur kita sudah huni wilayah ini sejak ribuan tahun lalu,” jelasnya.
Harry menjelaskan, karena alasan itulah penelitian di wilayah ibu kota negara diadakan.
Baca juga: Kepala Bappenas: Pemerintah Terbuka pada Semua Usulan Pembangunan Ibu Kota Baru
Tujuannya menggali nilai-nilai lokal, budaya, benda sejarah, lingkungan, dan lainnya yang terkandung dalam peradaban masyarakat lokal agar tidak hilang perubahan seiring pemindahan ibu kota negara.
Ibu kota negara, kata dia, bakal membawa perubahan lanskap, lingkungan, budaya, demografi, dan lainnya.
"Prinsipnya, ibu kota negara tidak boleh pindah asal tidak menghancurkan, memusnahkan nilai lokal, budaya, sejarah, sosial, lingkungan, dan lainnya," tegas Harry.
“Jadi penelitian ini semacam antisipasi. Agar nilai kewilayahan di daerah ini jadi pertimbangan pembangunan ibu kota negara," sambungnya.
Baca juga: Pemprov Kaltim Belum Terima Kepastian soal Peletakan Batu Pertama Ibu Kota Negara
Sebab, nilai-nilai lokal itulah yang bakal mewarnai ibu kota negara.
Seperti nilai masyarakat lokal yang erat kaitannya dengan kebersamaan, gotong royong, dan toleransi, yang telah ada dan bertahan sampai saat ini, agar tetap dijaga dan terus dikembangkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.