KOMPAS.com - Pemberian status 'duta masker' oleh pihak berwenang di Surabaya dan Bekasi kepada dua orang yang semula menolak mengenakan masker dan kemudian berbalik mendukungnya dipertanyakan oleh seorang pakar kesehatan masyarakat.
Dia meminta agar tindakan itu tidak bersifat insidental dan bukan sebagai bentuk hukuman kepada dua orang yang semula anti-masker dan kemudian berbalik mendukungnya.
"Jangan dijadikan suatu hal yang sifatnya insidentil, apalagi [pemberian status duta masker] cukup kontroversial. Jadi, sebetulnya apakah ini hukuman atau sebuah strategi," kata pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Deni Kurniadi Sunjaya, kepada BBC News Indonesia, Kamis (6/5/2021).
Baca juga: Fakta Baru Putu Aribawa, Pria Pengumpat Pengunjung Mal Bermasker, Nyatakan Siap Jadi Duta Covid-19
Seorang warga Surabaya, Putu Aribawa, yang dikenai sanksi sosial dan administrasi lantaran 'kampanye' anti-masker melalui video, ditunjuk sebagai duta masker oleh pihak berwenang setempat, setelah dia mengaku bertobat.
"Pasti saya khilaf. Sangat serius saya berubah, apalagi semua orang menyoroti saya. Pandemi ini memang ada. Saya yang semula tak mengenakan masker, lalu mengenakan masker," kata Putu Aribawa kepada BBC News Indonesia, Kamis (6/5/2021).
Dia kemudian ditugasi mengampanyekan penggunaan masker melalui media sosial yang dimilikinya.
Baca juga: Saat Putu Aribawa Tertunduk Minta Maaf karena Mengumpat Pengunjung Mal yang Pakai Masker...
"Orang-orang yang pernah melakukan sesuatu itu [menolak masker] akhirnya menjadi sadar, menjadi faktor tersendiri untuk memengaruhi orang untuk mempertahankan protokol kesehatan," kata Eddy Christijanto.
Sementara di Kota Bekasi, Jawa Barat, seorang warga bernama Nawir yang menghardik dan mencopot masker seorang jemaah di sebuah masjid, kemudian meminta maaf setelah tindakannya menimbulkan kemarahan masyarakat di media sosial.
Belakangan setelah difasilitasi oleh pihak berwenang, Nawir dan pihak pengelola masjid meminta maaf dan sepakat berdamai dengan korban. Sang pelaku kemudian ditunjuk sebagai duta masker.
Kebijakan pihak berwenang di Surabaya dan Bekasi ini kemudian menimbulkan polemik di masyarakat.
Di sinilah, menurut Deni Sunjaya, pemerintah seharusnya lebih fokus untuk mengampanyekan penggunaan masker yang lebih masif.
"Mudah-mudahan mereka [yang ditunjuk sebagai duta protokol kesehatan] sadar, meski mungkin sifatnya seperti 'lucu-lucuan' dan sifatnya kontroversi, tapi yang lebih penting dan harus dilakukan [pemerintah] adalah kampanye penggunaan masker yang harus masif," kata Deni Sunjaya.
"Kuncinya harus masif, libatkan pula guru, dosen dan kepala sekolah, misalnya saat sekolah tatap muka dibuka nanti," kata Deni.