Sampai kemudian dia berkenalan kepada seorang pria dari luar negeri di Instagram.
Orang tersebut menjanjikan akan melatih dan memberi dia rumus-rumus untuk faset batu kecubung. Namun, harus bayar senilai Rp 4,5 juta.
Catur lalu mencari uang untuk membayar orang tersebut.
Setelah dibayar, ditunggu dua hari, tapi tidak ada kabar. Catur mulai coba mengikhlaskan uangnya, seandainya telah ditipu.
“Tapi, esoknya dia kembali ngontak saya. Saya dikasih rumus untuk cutting. Mulai dari situ saya bertekad harus terkenal karena cutting batu kecubung,” ucap Catur.
Buka galeri, pekerjakan 4 pegawai
Sejak saat itu, Catur perlahan bangkit. Dia terus melatih keterampilan faset.
Sampai akhirnya bisa diakui oleh sejumlah kolektor batu kecubung, baik itu di Ketapang, Kalbar, maupun di Pulau Jawa.
Menurut Catur, untuk pemasaran batunya, dia lebih memilih lewat media sosial.
Di Instagram, dapat dilihat di akun @kecubungketapang-03, sedangkan di Facebook, akunnya bernama Catur Setiawan.
“Dari media sosial, saya dapat pembeli-pembeli dari luar. Paling banyak dari Jakarta dan Surabaya. Luar negeri biasa dari Malaysia dan Turki,” jelas Catur.
Selain itu, Catur juga telah membuka sebuah galeri batu di Ketapang. Galeri ini membantu penjualan untuk para wisatawan, dan tamu-tamu pemerintah daerah atau perusahaan.
“Untuk kebutuhan sehari-hari, saya dibantu empat orang. Semuanya keluarga. Dua orang untuk jaga toko, dua orang bantu saya mengasah batu,” tutup Catur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.