Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Penganiaya Perawat Terancam 2 Tahun Penjara | Cerita soal Tembok yang Tutupi Jalan Umum

Kompas.com - 18/04/2021, 07:00 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - JT, pria yang diduga melakukan penganiayaan terhadap perawat di Palembang, telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.

Polisi menetapkannya menjadi tersangka karena telah mengantongi barang bukti dan memperoleh keterangan dari sejumlah pihak.

Dari tindakan yang ia lakukan, ia dikenai Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman 2 tahun penjara.

Berita populer lainnya adalah seputar tembok batu bata yang menutupi jalan umum di Pekanbaru, Riau.

Karena bikin warga dan pengguna jalan kesal, tembok setinggi 2,5 meter tersebut akhirnya dirobohkan oleh personel TNI-Polri dan warga.

Nur Sayuti (60), pembangun tembok tersebut, punya alasan tersendiri kenapa dia membangun tembok di jalan umum itu.

Berikut adalah berita populer yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com

1. Penganiaya perawat ditetapkan tersangka

JT pelaku penganiayaan seorang perawat inisial CSR saat dihadirkan dalam gelar perkara di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021).KOMPAS.com/AJI YK PUTRA JT pelaku penganiayaan seorang perawat inisial CSR saat dihadirkan dalam gelar perkara di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021).

Pria yang diduga menganiaya perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Sriwijaya Palembang, JT, ditangkap pihak kepolisian.

Ia dijemput di kediamannya di Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir pada Jumat (16/4/2021) sekitar pukul 21.00 WIB.

Oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Palembang, JT ditetapkan sebagai tersangka.

Kepala Polrestabes Palembang Kombes Pol Irvan Prawira menjelaskan, alasan pelaku menganiaya perawat karena emosi melihat tangan anaknya berdarah usai pencabutan jarum infus.

Ivan menyampaikan, pelaku disangka dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

"Tersangka diancam penjara selama dua tahun. Hasil pemeriksaan tersangka sudah mengakui seluruh perbuatannya," bebernya dalam gelar perkara, Sabtu (17/4/2021).

Baca juga: Jadi Tersangka, Pria yang Aniaya Perawat di Palembang Terancam 2 Tahun Penjara

 

2. Alasan Sayuti bangun tembok di tengah jalan umum

Dua orang pengendara sepeda motor terpaksa putar balik karena jalan ditutup dengan tembok batu bata 2,5 meter, di Kelurahan Penghentian Marpoyan, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (15/4/2021).KOMPAS.com/IDON Dua orang pengendara sepeda motor terpaksa putar balik karena jalan ditutup dengan tembok batu bata 2,5 meter, di Kelurahan Penghentian Marpoyan, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (15/4/2021).

Tembok setinggi 2,5 meter yang dibangun di tengah jalan umum di Pekanbaru, Riau, bikin warga dan pengguna jalan kesal.

Tembok itu dibangun oleh Nur Sayuti (60), seorang warga setempat.

Rahmat selaku Ketua RW 001, Kelurahan Penghentian Marpoyan Damai, mengatakan, tembok itu dibangun karena Sayuti merasa marah. Penyebabnya karena dua hal.

Yang pertama karena beberapa hari sebelumnya, Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru memasang lampu merah di persimpangan jalan tersebut.

"Dia (Sayuti) marah, kenapa orang Dishub tidak izin pasang lampu merah. Setelah itu lah dipasangnya batu bata untuk menutup jalan," bebernya.

Alasan yang kedua karena pernah diklakson oleh pengguna jalan.

"Waktu itu dia marah-marah diklakson hingga terjadi macet. Dia bilang ini tanah saya, jalan saya, kamu mau apa, katanya ke pengendara lain. Kata pengendara yang melintas, kalau itu tanah bapak tutup saja jalannya. Rupanya memang dibuktikan dan ditutupnya jalan," tutur Rahmat.

Sayuti mengklaim bahwa jalan tersebut merupakan tanah milik istrinya.

"Kalau memang itu tanah dia, kenapa tidak dari dulu komplain. Kenapa baru sekarang. Jadi masyarakat di sini jadi resah. Saya sudah melarang menutupnya, tapi dia tidak mau. Saya tak bisa buat apa-apa sebagai ketua RW," sebut Rahmat.

Baca juga: Perjalanan Sayuti Bangun Tembok 2,5 Meter di Jalan Perumahan hingga Akhirnya Dirobohkan TNI-Polri dan Warga

 

3. Perawat yang dianiaya keluarga pasien alami trauma

Ilustrasi rumah sakitSHUTTERSTOCK Ilustrasi rumah sakit

Perawat RS Siloam Sriwijaya Palembang, CRS, yang diduga dianiaya oleh keluarga pasien, mengalami luka fisik hingga psikis.

Dari hasil visum diketahui bahwa CRS mengalami luka memar di bagian mata kiri dan bengkak di bagian bibir. Korban juga dikabarkan menderita trauma.

"Rambut korban juga sempat dijambak oleh terlapor. Korban berhasil keluar kamar setelah diselamatkan rekannya," ujar Kepala Sub Bagian Humas Polrestabes Palembang Komisaris Polisi M Abdullah.

Peristiwa ini bermula diduga karena tangan pasien mengeluarkan darah usai jarum infusnya dicabut.

Ayah pasien, JT, mengamuk melihat kejadian itu. JT diduga menampar dan meminta sang perawat untuk bersujud minta maaf.

Mengenai peristiwa ini, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumatera Selatan, Subhan, bakal mengambil langkah hukum.

"Ini kekerasan. Kami mengambil langkah hukum, kita ikuti proses hukum selanjutnya dan akan kami kawal terus," terang Subhan melalui sambungan telepon, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Dianiaya Keluarga Pasien, Perawat di Palembang Trauma, Polisi: Rambut Korban Sempat Dijambak

 

4. Alasan JT aniaya perawat di Palembang

JT pelaku penganiayaan perawat insial CRS saat berada di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021).KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA JT pelaku penganiayaan perawat insial CRS saat berada di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021).

JT, pria yang diduga menganiaya seorang perawat di Palembang, membeberkan alasannya melakukan perbuatan tersebut.

Ia mengaku emosi lantaran melihat tangan anaknya berdarah usai pencabutan jarum infus, ketika hendak pulang dari rumah sakit.

"Infus anak saya dilepas hingga anak saya menangis saya tidak terima," ucap JT di Polrestabes Palembang, Sabtu (17/4/2021).

Ia menambahkan, apalagi saat itu kondisinya sedang lelah karena harus bolak-balik menjaga anaknya.

JT pun telah mengakui kesalahannya.
"Saya mengakui sudah melakukan tindakan di luar kendali. Dikarenakan saya sudah kelelahan, sudah berapa hari saya harus menjaga anak saya," sebutnya.

Terkhusus, JT juga meminta maaf kepada korban dan pihak rumah sakit.
"Di bulan Ramadhan ini saya mohon maaf kepada seluruh pihak yang sudah dirugikan," paparnya.

Baca juga: Jambak dan Tendang Perawat hingga Terjatuh, Pelaku: Infus Anak Saya Dilepas dan Menangis, Saya Tidak Terima

 

5. Anggota TNI gabung dengan KKB

Tentara.Thinkstock Tentara.

Pratu Lucky Y Matuan atau Lukius tengah menjadi sorotan. Pasalnya, anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini bergabung dengan kelompok kriminal bersenjata.

Sebelum membelot, Lukius merupakan anggota Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 400.

Ia bersama rekan-rekannya sempat ditugaskan ke Kabupaten Intan Jaya pada Agustus 2020 hingga Maret 2021.

Lukius tidak menjalankan tugas, dan memilih beralih ke KKB.

"Pratu Lukius, dia kelana yuda (meninggalkan tugas) bergabung dengan KKB di Intan Jaya," ungkap Asisten Operasi Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogawbwilhan) III Brigjen Suswatyo, Jumat (16/4/2021).

Setelah kabur dari tugasnya, Pratu Lukius dipecat dari TNI. Ditambah lagi, dia bergabung dengan KKB.

"Dalam operasi (tugas) kalau dia tiga hari kabur maka dia dianggap tidak etik, dipecat," tutur Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa.

Kata Suriastawa, Pratu Lukius kini dicap sebagai pengkhianat dan ia menjadi target utama oleh personel kemanan.

Baca juga: 4 Fakta Sosok Pratu Lukius, Anggota TNI yang Membelot dan Bergabung dengan KKB, Kini Jadi Sasaran Utama Aparat

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Palembang, Aji YK Putra | Editor: Dheri Agriesta, Pyhtag Kurniati, Michael Hangga Wismabrata, Candra Setia Budi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com