KOMPAS - Nur Sayuti seorang pensiunan Bea Cukai berusia sekitar umur 60 tahun menutup jalan umum dengan tembok.
Ia mengklaim jalan tersebut adalah tanah milik istrinya, Dian Sukma yang bertugas di Sekwan DPRD Kota Pekanbaru.
Padahal jalan tersebut sudah diaspal sejak 13 tahun. Sayuti menembok jalan tersebut setelah Dishub memasang lampu merah dan dianggap tidak izin kepada dirinta.
Sementara itu di Indramayu merawat pria dengan gangguan jiwa yang bernama Sarkam.
Ternyata Sarkam adalah warga Ciamis yang sudah hilang 15 tahun lalu setelah pamit ke keluarga untuk merantau. Akhirnya Sarkam bertemu dengan keluarganya dan dibawa pulang ke rumah.
Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:
Tanah itu merupakan milik istri Sayuti bernama Dian Sukma yang bekerja di Sekretariat DPRD Kota Pekanbaru.
Namun, dulunya dibuat jalan sebagai akses keluar masuk perumahan. Selama 13 tahun setelah diaspal tidak ada masalah terkait jalan tersebut.
Masalah muncul setelah Dishuh Kota Pekanbaru memasang lampuh merah di ujung jalan.
"Dia marah kenapa orang Dishub tidak minta izin pasang lampu merah di simpang jalan itu. Karena itu tanah dia," sebut Rahmat ketua RT setempat.
Baca juga: 2 Alasan Sayuti Tutup Jalan Umum dengan Tembok, Salah Satunya Karena Pernah Diklakson Pengendara
Diduga motor tersebut adalah milik maling yang akan masuk ke rumah salah satu warga.
Maling tersebut masuk saat rumah dalam kondisi sepi karena ditinggak keluar oleh pemilik rumah. Warga yang tahu kemudian keliling mencari keberadaan maling tersebutt
Saat mencari pencuri itulah, warga menemukan motor tersebut terparkir tanpa kunci di sebuah kebun. Walaupun ada yang mengaku motor itu miliknya, warga sepakat tak akan memberikan motor tersebut sebelum pelaku benar-benar ditangkap.
Baca juga: Diduga Milik Pelaku, Motor Dilas ke Tiang, Tidak akan Dilepas sampai Maling Ditangkap
Pria tersebut hilang saat usia 19 tahun ketika pamit merantau karena tak bisa melanjutkan kuliah.
Tak pernah ada yang tahu keberadaan Hermawan hingga ia ditemukan Sarkam seorang relawan di Jalur Pantura, Indramayu.
Sarkam merawat Hermawan selama 1 tahun lebih hingga akhirnya Hermawan menceritakan identitas dirinya.
Saat ini Hermawan sudah dijemput keluarganya dibawa pulang ke Desa Sukasari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Baca juga: Niat Kuliah Tak Kesampaian, Hermawan Pergi, Ditemukan 15 Tahun Kemudian dalam Kondisi Gangguan Jiwa
"Ini sudah ditawar Rp 825 juta, tetapi saya minta Rp 1,2 miliar. Perkiraan ada sekitar 38.000 pohon. Kalau satu pohon bisa menghasilkan 4 kg dan saat ini harga per kilo Rp 10.000, semua bisa laku 1,5 miliar," katanya sambil tersenyum, seperti dilansir dari Surya.co.id.
Purnama mengaku, menanam porang memang terbilang mudah. Namun, modal awal untuk membeli bibit porang cukup mahal.
Untuk satu hektare lahan, menurutnya, dibutukan modal sekitar Rp 55 hingga Rp 60 juta untuk membeli bibit.
Namun, kata Purnama, ketika panen petani bisa memperoleh Rp 300 juta lebih.
"Bahkan sebelah rumah saya, ia beli bibit Rp 12 juta, ketika panen dijual laku Rp 55 juta," urainya.
Baca juga: Punya 38.000 Tanaman Porang, Purnama: Sudah Ditawar Rp 825 Juta, tetapi Saya Minta Rp 1,2 M
Jembatan tersebut berada di ruas jalan milik provinsi namun pembangunannya diambil alih oleh warga setelah jembatan darurat yang disediakan oleh pemerintah kerap hanyut.
Jembatan tersebut merupakan jalur utama di Banten untuk menghubungkan utara Lebak dan selatan di bagian timur bahkan hingga ke Sukabumi.
Jembatan tersebut putus sejak awal tahun 2020. Sebagai akses penggani, Pemprov Banten membangun jembatan darurat namun jembatan itu kerap hanyut dan tak bisa dilewati saat air sungai melup.
Kesal karena akses terputus saat sungai meluap, warga berinisiatif membangun jembatan sendiri. Warga kemudian patungan hingga terkumpul ratusan juta rupiah untuk bangun jembatan.
Baca juga: Kesal dengan Janji Pemerintah, Warga 14 Desa di Lebak Banten Patungan Bangun Jembatan
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Idon Tanjung, Acep Nazmudin | Editor : Farid Assifa, Reza Kurnia Darmawan, Pythag Kurniati, Michael Hangga Wismabrata, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.