“Sebelum ada MOU dengan BNI, permodalan cari modal sendiri. Punya motor dan sapi dijual dibelikan bibit. Total dana KUR yang dikucurkan dari BNI mencapai Rp 5,2 miliar. Satu petani bisa mendapatkan kredit modal dari BNI mulai Rp 10 juta hingga Rp 50 juta tergantung luas lahan yang dimiliki petani,” kata Kepala Desa Durenan, Purnomo.
Purnomo optimistis bantuan modal yang dikucurkan BNI akan makin mendongkrak ekonomi di desanya. Sebab, hasil menanam porang sangat menguntungkan petani.
Ia mencontohkan petani yang berada didekat rumahnya bermodal uang Rp 12 juta untuk membeli bibit lalu ditanam saat ini sudah laku Rp 55 juta untuk panennya.
Menurut Purnomo, bila porang disandingkan dengan tanaman hortikultura lain seperti jagung dan singkong biaya penanaman porang lebih murah.
Usai menanam porang, petani tinggal memberikan pupuk kandang yang harganya sangat terjangkau.
“Kemudian budidaya tidak membutuhkan tenaga banyak. Setelah ditanam petani tinggal mengawasi saja,” ujar Purnomo.
Usai warganya ramai-ramai membudidayakan porang, para petani di Durenan tidak merasakan dampak pandemi Covid-19.
Baca juga: Pemprov Babel Datangkan Bibit Porang dari Madiun, Siapkan Lahan 1.200 Hektar
Saat pandemi malah banyak warganya membeli mobil baru dan sepeda motor baru hingga membangun rumah.
Bahkan, kondisi kesejahteraan petani di Desa Durenan akan makin bertambah bila lahan yang ada dimaksimalkan ditanami porang.
Sebab, dari 500-an hektare, baru setengahnya digunakan untuk menanam porang.
Untuk menjaga keamanan petani bertanam porang, pemerintah desa setempat membuat peraturan desa khusus.
Peraturan desa itu untuk memberikan perlindungan bagi petani yang membudidayakan porang.
Tak hanya itu, perdes itu juga memberikan perlindungan warga dari aksi pencurian.
Sebab, di wilayah lain banyak dijumpai kasus pencurian porang.
“Kami buat perdes salah satunya mengatur bila terjadi pencurian porang. Bukan mengacu pada dendanya tetapi perdes itu memberikan pemahaman dan efek jera kepada warga agar memiliki rasa takut bila mencuri porang milik petani,” ujar Purnomo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.