Satu kilogram bibit umbi yang ditanam berisi empat biji. Setelah panen, masing-masing satu bibit umbi dipanen dengan berat dua kilogram.
Dengan demikian total, satu kilogram bibit umbi yang ditanam akan menghasilkan delapan kilogram umbi panen.
Perawatannya pun tidak sulit. Setelah ditanam, petani cukup memberi pupuk kandang lalu mengawasi dan membersihkan rerumputan.
Setelah panen tiba, petani porang kini tidak kesulitan mencari pembeli. Banyak tengkulak yang datang ke lokasi membeli langsung hasil panen petani porang.
Bahkan, ada tengkulak yang berani menawarkan sistem ijon kepada petani.
Untuk mendapatkan harga jual yang bagus, saat ini petani sudah bermitra dengan perusahaan swasta. Perusahaan itu menjamin harga beli pasca panen dengan syarat petani dapat menjaga kualitas umbi porang.
Baca juga: Banjir Terjang Kabupaten Madiun, Ratusan Warga Mengungsi, Lansia dan Anak-anak Kedinginan
“Selama ini dijual kepada tengkulak. Namun, mulai tahun ini dikoordinir. Sebelumnya banyak petani porang tidak berpikir tentang kualitas. Untuk itu petani mulai menggandeng pendampingan dari pihak ketiga sehingga kualitas dijamin dan ada kepastian pasar,” ungkap Agus.
Hasil panen porang, kata Agus, rata-rata dibelikan sepeda motor, bangun rumah hingga membeli mobil baru.
“Kalau panen banyak petani yang membeli sepeda motor baru dan sisanya untuk pengembangan porang. Bahkan, banyak yang membeli mobil baru karena mereka untung di atas Rp 300 juta,” ujar Agus.
Untuk pengembangan bertanam porang, petani kini berani menyewa lahan satu hektare dalam sekali masa tanam sekitar Rp 10 juta. Para petani nekat menyewa lahan karena sudah tahu hasil panen porang yang menggiurkan.
Menyoal kendala yang dihadapi petani porang, Agus menuturkan sampai saat ini belum mengalami permasalahan. Sebab, dari pencarian bibit, menanam hingga memanen semua berjalan lancar.
Untuk mengantisipasi terjadinya pencurian porang, saat ini petani-petani muda di Desa Durenan akan memasang CCTV di lahan yang ditanami porang.
Ke depan petani porang tak hanya ingin menjual hasil panennya dalam bentuk gelondongan. Para petani menginginkan adanya inovasi sehingga porang yang dipanen dapat bentuk olahan dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
“Setidaknya bisa dalam bentuk barang setengah jadi seperti chip. Untuk itu kami membutuhkan alat pemotong dan oven pengeringnya,” kata Agus.
Tak hanya itu, umbi porang yang dihasilkan dapat diolah menjadi tepung sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan menyerap banyak tenaga kerja.
Keberhasilan petani-petani muda di Desa Durenan menanam porang memudahkan mereka mendapatkan akses modal.
Mulai tahun ini, ratusan petani di desa setempat mendapatkan modal dari KUR bank BNI Madiun total nilai Rp 5,2 miliar.