Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dihajar Impor, Jeruk Petani Lembang Dibiarkan Membusuk di Kebun

Kompas.com - 12/04/2021, 08:33 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Petani jeruk di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengeluh harga jeruk anjlok. Akibatnya, mereka enggan memanen dan membiarkan jeruk berserakkan begitu saja di bawah pohonnya.

Amang, salah seorang petani jeruk california di Kampung Baru Nagri, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, mengaku ia memiliki kebun jeruk dengan luas 2,5 hektare. Ia bisa memanen jeruk 4 ton per bulan.

Biasanya, ia menjual jeruknya perusahaan minuman kemasan. Per kilogram Rp 35.000. Namun kali ini, harga jeruk anjlok hingga Rp 7.000 per kilogram.

Selain harganya anjlok, jeruk yang dipanennya pun tidak ada yang membeli. Akibatnya, Amang pun merugi. Biasanya, Amang bisa meraih pendapatan Rp 24 juta dari 4 ton jeruk dengan harga terendah, yakni Rp 7.000 per kilogram. Namun kali ini boro-boro dapat harga terendah, laku saja tidak.

"Akhirnya saya biarkan saja jeruk tak dipanen karena dipanen pun rugi," kata Amang kepada Kompas.com via sambungan telepon, Minggu (11/4/2021).

Baca juga: Harga Gabah Anjlok Malah Mau Impor Beras, DPRD Sumsel: Peran Bulog Tak Berjalan Semestinya

Amang mengaku karena tidak dipanen, jeruk pun kian menguning dan kemudian jatuh. Jeruk itu akhirnya membusuk.

Amang mengaku, kejadian serupa dialami oleh rekan petani lainnya. Sebut saja Jaja dan Dadang Sopandi. Mereka juga mengalami nasib serupa, jeruknya tidak ada pembeli.

Amang berharap pemerintah atau pihak swasta untuk membeli jeruk mereka. Ia tidak mempersoalkan jeruk dibeli dengan harga terendah, yang penting laku.

Dihajar impor

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi ketika diminta tanggapannya mengatakan bahwa harga jeruk petani Lembang anjlok dan tidak ada yang membeli karena mereka dihajar produk impor.

Dedi mengatakan, Komisi IV beberapa bulan lalu dalam rapat dengar pendapat sudah menyampaikan bahwa buah impor, termasuk jeruk, tidak lagi masuk pasar swalayan, tetapi sudah dijual di desa.

"Coba perhatikan penjual buah keliling seperti di mobil atau dipikul, itu semua produk impor. Jadi bohong kalau menyebut bahwa produk impor hanya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Faktnya, buah impor sudah masuk ke eceran di desa," kata Dedi.

Kata Dedi, jika metodologi distribusi produk impor sudah sampai jaringan ritel non swalayan, maka tunggu saja kehancuran petani lokal.

"Ya wasalam untuk petani buah lokal. Produk impor sampai dipikul dijual ke rumah-rumah, saking banyaknya," lanjut Dedi.

Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Segera Turunkan Dana untuk Serap Gabah Petani

Dedi mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali meminta bahwa Dirjen Holtikulutra pada Kementerian Pertanian agar lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin impor. Jangan sampai pemerintah impor produk yang sebenarnya bisa disediakan oleh petani lokal.

"Itu menyebabkan over supplay, akhirnya produk petani lokal tidak laku," ujar mantan bupati Purwakarta itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa Garut M 6,5 Terasa sampai Kota Serang Banten

Gempa Garut M 6,5 Terasa sampai Kota Serang Banten

Regional
Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa sampai Jakarta

Regional
Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo, Gibran: Diundang Datang, Semua Teman

Regional
Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Kesaksian Pengelola Parkir Hotel Braga Purwokerto, Pelaku Menembak Setelah Mintai Karcis

Regional
Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Buka Manasik Haji, Bupati Arief: Pemkab Blora Siap Dukung Jemaah dari Persiapan hingga Kepulangan

Regional
Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Bupati Dadang Supriatna Apresiasi Peran FKDT dan Fokus Sejahterakan Guru Mengaji

Regional
Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Gibran Hadiri Halalbihalal Partai Golkar Solo

Regional
Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Mengenal Kain Tenun Motif Renda yang Dibeli Sandiaga Uno di Bima

Regional
Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Asyik Judi Online, Oknum PNS di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Regional
Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Maksimalkan Potensi Blora, Bupati Arief Minta Masukkan dari Kemenko Perekonomian dan Guru Besar Unnes

Regional
5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

5 Tradisi Pacuan Tradisional di Indonesia, Tidak Hanya Karapan Sapi

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto yang Tewas Ditembak Baru Bekerja Seminggu

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Gempa M 5,2 Guncang Maluku, BPBD: Tak Ada Kerusakan

Regional
Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com