PEKANBARU, KOMPAS.com - Dalam rangka mencegah dan memutus rantai penyebaran Covid-19 serta memberikan rasa aman kepada umat Islam saat menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan, Kementrian Agama RI, telah mengeluarkan panduan.
Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Riau, Mahyudin mengatakan, Kementerian Agama sebagai instansi pemerintah yang memiliki kewenangan menangani urusan keagamaan, perlu mengeluarkan surat edaran mengenai panduan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri, sebagai acuan bagi instansi pemerintah, pengurus atau pengelola rumah ibadah dan masyarakat luas.
Surat edaran ini bertujuan untuk memberikan panduan beribadah yang sejalan dengan protokol kesehatan, sekaligus untuk mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi masyarakat dari risiko Covid-19.
"Selama pelaksanan ibadah di bulan Ramadhan tahun 1442 Hijriah atau tahun 2021 ini, dibutuhkan panduan ibadah Ramadhan yang memenuhi aspek syariat dan protokol kesehatan. Ada beberapa panduan yang harus dijalankan selama masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi," kata Mahyudin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (11/4/2021).
Baca juga: Ramadhan di Padang: Karaoke hingga Diskotek Harus Tutup, Jika Nekat Buka Denda Mulai Rp 50 Juta
Berikut ini adalah panduan ibadah Ramadhan sesuai Surat Edaran Menteri Agama Nomor 03 Tahun 2021:
1. Umat Islam kecuali bagi yang sakit atau atas alasan syar'i lainnya yang dapat dibenarkan, wajib menjalankan ibadah puasa Ramadan sesuai hukum syariah dan tata cara ibadah yang ditentukan agama.
2. Untuk sahur dan buka puasa dianjurkan dilakukan di rumah masing-masing bersama keluarga inti.
3. Dalam hal kegiatan buka puasa bersama, tetap dilaksanakan harus mematuhi pembatasan jumlah kehadiran paling banyak 50 persen dari kapasitas ruangan dan menghindari kerumunan.
Baca juga: Tarekat Naqsabandiyah Sumbar Mulai Puasa Ramadhan Senin Besok, Shalat Tarawih Malam Ini
Kemudian, Kegiatan di masjid dan mushala. Pengurus masjid atau mushala bisa menyelenggarakan kegiatan ibadah antara lain:
1. Pengurus masjid/mushala dapat menyelenggarakan kegiatan ibadah antara lain, shalat fardu lima waktu, shalat tarawih dan witir, tadarus Al Qur'an, dan iktikaf dengan pembatasan jumlah kehadiran paling banyak 50 persen dari kapasitas masjid/mushala, dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menjaga jarak aman 1 meter antarjamaah, dan setiap jamaah membawa sajadah/mukena masing-masing.
2. Pengajian Ceramah/Taushiyah/ Kultum Ramadan dan Kuliah Subuh paling lama dengan durasi waktu 15 menit. Peringatan Nuzulul Qur'an di masjid/mushala dilaksanakan dengan pembatasan jumlah audiens paling banyak 50 persen, dari kapasitas ruangan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Baca juga: Protokol Kesehatan Ketat Diterapkan, Ini Aturan Shalat Tarawih di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya
3. Bagi pengurus dan pengelola masjid mushala sebagaimana yang telah disampaikan, wajib menunjuk petugas yang memastikan penerapan protokol kesehatan, dan mengumumkan kepada seluruh jamaah, seperti melakukan disenfektan secara teratur, menyediakan sarana cuci tangan di pintu masuk masjid, mushala, menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan setiap jamaah membawa sajadah mukena masing-masing.
4. Peringatan Nuzulul Qur'an yang diadakan di dalam maupun di luar gedung, wajib memperhatikan protokol kesehatan secara ketat dan jumlah tempat lapangan, audiens paling banyak 50 persen dari kapasitas/lapangan.
Baca juga: Gubernur Banten Persilakan Warganya Shalat Tarawih di Masjid: Biar Covid-19 Cabut