Izuldi sempat bingung memikirkan biaya untuk berangkat ke Pekanbaru.
"Saya akhirnya jual emas istri setengah emas dan pinjam uang adik untuk berangkat ke Pekanbaru," sebut Izuldi.
Pada minggu pertama di rumah sakit, bayinya dalam kondisi normal. Tapi, minggu kedua kondisi bayi menurun, bahkan minum susunya harus pakai alat bantu.
Sementara bayinya belum bisa dioperasi.
Karena uangnya sudah habis, Izuldi akhirnya memutuskan untuk merawat bayinya di rumah saja.
Selama di Pekanbaru, ia mengaku sudah menghabiskan uang sekitar Rp 5 juta.
Setelah keluar dari rumah sakit, Izuldi dan istri bahkan nyaris nekat membawa bayinya pulang ke Rohul menggunakan sepeda motor.
"Kami mau pakai sepeda motor pulang, karena, tak ada lagi uang bayar ongkos mobil. Tapi, akhirnya kami dijemput pakai mobil saudara di kampung," kata Izuldi.
Pria ini mengaku hanya bekerja sebagai menderes karet milik orang lain bersama istrinya. Hasil panen dibagi dua dengan pemilik kebun.
Dalam sebulan, Izuldi mendapat uang dari hasil panen karet hanya sekitar Rp 2 juta. Buat makan istri dan anak-anaknya.
Ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya di sebuah rumah papan di Desa Tali Kumain, Kecamatan Tambusai, Rohul.
"Anak saya sebenarnya sudah tujuh orang. Tetapi, empat meninggal dunia. Cuma tiga yang selamat masuk yang baru lahir sekarang ini," ujar Izuldi.
Kini, Izuldi dan istrinya hanya bisa pasrah merawat anaknya. Berharap ada keajaiban anaknya bisa normal kembali.
"Sekarang kami rawat di rumah. Kalau dibawa ke rumah sakit lagi kan butuh biaya, sementara uang kami tak punya," tutup Izuldi.