“Jadi dulu (Mpu Sindok) memerintahkan untuk membangun candi, membangun prasasti di batu. Nama batunya itu linggapala, yang kemudian disebut jayastamba ya prasasti itu,” papar Sukadi.
Namun, kini bagian dari Candi Lor yang tersisa tinggal bangunan inti candi. Itupun bangunannya sudah rusak berat.
Bangunan dari bata merah itu masih berdiri karena ditopang akar pohon kepuh besar.
Pohon kepuh itu berada di atas candi. Warga setempat meyakini pohon itu telah berusia ratusan tahun.
Akar pohon inilah yang menopang bangunan, menjalar dan mencengkeram bagian selatan badan candi.
Baca juga: Soal Impor Beras dan Garam, Wabup Nganjuk Minta Mendag Lebih Dulu Berdialog
Sukadi menuturkan, keberadaan Candi Lor pernah dicatat oleh Thomas Stamfford Raffles, Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang memerintah tahun 1811 hingga 1816.
“(Waktu itu) kondisi kepuh-nya tidak sebesar itu, tapi sudah ada, dan perkiraan waktu itu sudah berumur ratusan tahun juga, dan ada pohon beringinnya juga,” papar dia.
Menurut Sukadi, akar pohon kepuh yang mencengkeram candi diduga menjadi salah satu faktor bangunan inti Candi Lor masih bisa bertahan higga kini.
“Saran saya di sekelilingnya (Candi Lor) itu ada tanaman penyangganya, agar situs candi itu tidak semakin rusak. Itu kalau kena hempasan angin kan terjadi pengikisan batu bata oleh angin (deflasi),” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.