Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Sandera Meloloskan Diri dari Perampok di Majene

Kompas.com - 19/01/2017, 15:28 WIB
Junaedi

Penulis

MAJENE, KOMPAS.com — Sartini (54), korban perampokan di Desa Bone Malawa, Kecamatan Rio Makkapa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, panik dan ketakutan saat dua perampok bertopeng tiba-tiba menyergap masuk ke dalam rumahnya, Selasa (17/1/2017) sekitar pukul 22.00 Wita.

Tamu tak diundang itu langsung menodong Sartini dan suaminya, Junaedi (65), serta kedua cucu mereka, Angga Dwi Saputra (6) dan Aulia Agustin (10).

Meski belakangan diketahui bahwa senjata yang digunakan pelaku hanyalah pistol mainan, tindakan pelaku yang mengancam mereka telah membuat korban ketakutan.

Tersangka Syamsul (31) dan Zaidin (19), keduanya dari Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara (Matra), menyekap keluarga tersebut. Mata dan mulut korban diplakban. Kedua tangan mereka diikat dengan tali plastik.

Kedua pelaku kemudian mengambil uang Rp 10 juta di rumah korban. Mereka juga menggasak kartu anjungan tunai mandiri (ATM) Bank BRI milik korban.

Tak berhenti di situ, pelaku juga menutup mata dan mulut keempat korban dan memaksa mereka masuk ke dalam mobil Toyota Rush bernomor DN 683 BC milik korban.

Syamsul bergegas menginjak gas dan mobil berisi penuh penumpang itu ke arah Mamuju. Di tengah perjalanan, tersangka kemudian menelepon anak Junaedi yang bekerja di kebun sawit. Pelaku meminta uang tebusan sebesar Rp 300 juta.

Mereka kemudian berhenti di mesin ATM di wilayah Mamuju. Salah satu tersangka turun dari mobil dan menarik uang dari ATM sebanyak Rp 10 juta milik korban. Perjalanan berlanjut ke arah Makassar.

Selama dalam perjalanan, korban diancam akan disiram sebotol bensin dan dibakar jika permintaan tersangka tidak dipenuhi.

Saat memasuki wilayah Majene, negosiasi belum berhasil. Anak Junaedi juga tak bisa melakukan transfer uang apa pun ke rekening kedua pelaku.

Korban bingung karena tidak bisa berbuat bagaimana memenuhi uang tebusan. Dalam kondisi tertekan dan frustrasi, Junaedi memberanikan diri untuk mencari cara lepas dari cengkeraman perampok.

Ketika sampai di wilayah Belalang, Desa Onang Utara, Kecamatan Tubo Sendana, Majene, Rabu (18/1/2017), Junaedi keluar dan melompat dari mobil.

(Baca juga Korban Sandera Lompat dari Mobil, Dua Perampok Diringkus)

Kejadian tersebut menggegerkan warga setempat. Mereka mengira Junaedi menjadi korban kecelakaan lalu lintas.

Namun, begitu mengetahui mata dan mulut korban diplakban, warga curiga bahwa Junaedi adalah korban perampokan.

"Pertama ada yang bilang, ada orang ditabrak. Kami lari ke jalanan, kenapa orang ini diikat dan diplakban? Wah, korban perampokan ini. Akhirnya, kami bawa korban ke rumah," kata salah satu warga, Ramli.

Begitu mulutnya bebas dari perekat, Junaedi memberi tahu kepada warga bahwa ia dan keluarganya telah dirampok dan disandera.

Warga sontak mengejar Toyota Rush tersebut. Sekitar 700 meter dari tempat korban melompat, mobil korban tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada truk yang berhenti di jembatan.

Tersangka panik karena tahu dikejar warga. Mereka pun turun dari mobil dan melarikan diri ke gunung.

"Di gunung, kedua perampok ketemu dengan petani dan bertanya jalan menuju hutan. Petani curiga, kemudian menunjukkan jalan menuju jalan raya (Trans-Sulawesi)," kata Ramli.

Tersangka pun terjebak. Pelariannya berujung pada kerumunan warga yang mencarinya. Pelaku akhirnya menyerah dan dibawa ke pos polisi terdekat sebelum digelandang ke kantor Polsek Sendana beserta mobil korban.

Junaedi dibawa ke Puskesmas Sendana II untuk menjalani perawatan. Adapun istri dan dua bocah dibawa polisi ke Polsek Sendana.

Setelah kejadian, Sartini tampak shock dan trauma. Kejadian itu membuatnya hampir putus asa, apalagi ketika pelaku mengancam membunuh mereka bila uang tebusan tak kunjung diberikan. Uang dan harta mereka sudah dikuras oleh pelaku. Tidak ada lagi yang bisa mereka berikan kepada perampok.

"Saya frustrasi, bingung bagaimana melepaskan diri dari pelaku. ATM sudah dikuras, menjual harta atau meminjam uang dalam jumlah besar tak mungkin bisa langsung terpenuhi," ujar Sartini saat ditemui di Mapolres Majene.

Korban juga tidak bisa menghubungi siapa pun karena telepon seluler dikuasai oleh pelaku. Saat meminta uang tebusan kepada anak Juanedi, kedua pelaku hanya berkomunikasi lewat SMS dan seolah permintaan tersebut adalah permintaan Junaedi kepada anaknya.

Kepala Polres Majene AKBP Grendie Teguh Pidegso mengatakan, pihaknya menyita sejumlah barang bukti, di antaranya pistol mainan, sarung pistol, uang Rp 20,9 juta, dua ponsel, dan satu botol bensin (premium).

"Ini salah satu perbuatan (perampokan) sadis walaupun hanya berupa ancaman membuat trauma keluarga korban," kata Grendie.

Junaedi merupakan warga asal Bireuen, Aceh, yang merantau ke Donggala. Di sana ia merintis usaha dan sukses jadi pengusaha kelapa sawit.

Polisi kini tengah mengembangkan kasus ini dan mencari kemungkinan adanya jaringan kejahatan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com