Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Yatim Piatu Ini Terpaksa Tak Sekolah karena Jualan Sayur Keliling Kampung

Kompas.com - 05/05/2016, 12:43 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALIMANDAR, KOMPAS.com - Kehilangan kedua orang tua, yang menjadi panutan dan tumpuan harapan sejak kecil, memaksa lima bocah yatim piatu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini harus berjuang sendiri menghidupi diri mereka.

Julia dan ardilla, dua dari lima bocah malang ini, bahkan kerap tak bersekolah karena sibuk jualan sayur untuk menafkahi saudaranya dan seorang neneknya yang sudah renta.

(Baca juga: Lima Bocah Yatim Penjual Sayur Ini Menunggu Uluran Tangan....)

Tetangga yang prihatin dengan kondisi kehidupan sang bocah, kerap mengulurkan bantuan beras untuk ikut meringankan beban hidup keluarga tersebut.

Saat anak-anak lain bermain bersama sebayanya, lima bocah yatim piatu di Desa Batetangnga ini justru dibebani berbagai kesibukan hidup orang dewasa.

Mulai dari urusan dapur seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, hingga memetik dan menjual sayur keliling kampung menggunakan gerobak dorong. 

Pekerjaan ini terpaksa dilakukan kelima bocah yatim piatu tersebut sejak beberapa tahun lalu, atau setelah ayah dan ibu mereka meninggal dunia.

(Baca: Bocah-bocah Yatim Piatu Berjuang Hidup Sambil Berjualan Sayur Keliling Kampung)

Sementara itu, sang nenek yang sudah rentah dan kerap sakit-sakitan, sudah tak bisa bekerja mencari nafkah. Praktis kelima bocah inilah yang menanggung beban hidup keluarga kecil tersebut.

Julia (14 tahun) dan ardilla (11 tahun), bahkan kerap terlambat ke sekolah karena berjualan sayur keliling kampung dengan mendorong gerobak berkilo-kilometer.

Jelma (15 tahun), sulung dari kelima bocah ini, putus sekolah sejak beberapa tahun terakhir karena alasan biaya.

Jelma kini terpaksa bekerja di luar kota sebagai pembantu rumah tangga agar bisa ikut menopang keluarga kecilnya.

Kemudian Hafis (5 tahun) dan Deby (4 tahun), yang belum mengerti apa-apa, kerap mencuci piring atau peralatan dapur lainnya, saat kedua kakaknya tengah bekerja menjual sayur keliling kampung.

(Baca: Nenek Sakit-sakitan, 4 Bocah Yatim Piatu Ini Jualan Sayur Keliling Kampung)

Saat warga masih tertidur lelap pada subuh hari, Julia dan Ardilla sudah terjaga.

Maklum, sebelum berjualan sayur keliling kampung, bocah ini harus memetik dan mengemasi sendiri aneka sayuran, seperti daun singkong, kangkung, bayam, dan kacang panjang.

Saat jualannya laku, Ardilla dan Julia tentu saja bisa pulang lebih awal untuk menyiapkan diri berangkat ke sekolah.

Namun, saat sayuran tak laku, bocah ini kerap menyusuri lorong desa yang jauh sambil berharap sayur dagangannya bisa laku.

Hasil jualan sayur itu akan dibagi rata dengan pemilik kebun sayur.

Karena sibuk berjualan sayur, Ardilla, yang kini duduk dibangku kelas 4 sekolah dasar itu mengaku seringkali tidak bisa mengatur waktu bekerja dan bersekolah.

Ardilla bahkan kerap tak masuk sekolah jika pulang terlambat karena sayurannya tak laku.

Dalam satu hari, mereka biasanya membawa pulang Rp 20.000. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli beras dan lauk pauk.

Meskipun setiap hari harus mendorong gerobak berjualan sayur, Julia dan Adilla mengaku tak risih dan malu.

Ironisnya, kelima bocah yatim piatu bersama neneknya yang sudah rentah ini tidak terdaftar sebagai penerima bantuan dari pemerintah, seperti raskin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com