Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keabsahan Ujian Nasional Diragukan

Kompas.com - 22/04/2013, 01:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Keabsahan hasil ujian nasional SMA/SMK sederajat tahun ini diragukan banyak pihak. Ini disebabkan banyak prosedur standar yang dilanggar, mulai dari pelaksanaan yang tidak serempak, naskah soal dan lembar jawaban yang difotokopi, hingga lembar jawaban fotokopi yang tanpa barcode.

Selain itu, lembar jawaban dinilai terlalu tipis sehingga bermasalah saat dihapus siswa dan dipindai panitia.

”Ujian nasional kali ini tidak menggambarkan prestasi siswa yang sebenarnya,” kata Ketua Dewan Pendidikan Kota Banjarmasin Kasim Abdurrahman, Minggu (21/4).

Sekretaris Dewan Pendidikan Sumatera Utara Mahdi Ibrahim mengatakan, ujian nasional SMA/ SMK/MA yang baru dilaksanakan di Medan, Senin ini, karena sebelumnya ketiadaan soal, sangat merugikan siswa. ”Persiapan UN selama setahun ini, tiba-tiba pelaksanaannya mundur sehingga mengganggu psikis siswa,” kata Mahdi.

UN yang dilaksanakan Senin ini pun masuk kategori UN susulan. Padahal, sesuai aturan, UN susulan hanya untuk siswa yang sakit atau berhalangan.

”Yang terjadi di sini, pemerintah yang salah dan siswa yang menjadi korban,” kata Ketua Dewan Pendidikan Kota Medan Mutsyuhito Solin.

Penundaan UN pun membuka peluang terjadi kebocoran soal. Jika hasil UN nanti bagus, bisa saja siswa dituding mendapatkan bocoran soal. Sebaliknya jika hasilnya jelek, siswa juga yang disalahkan. ”Karena itu, UN kali ini tidak menggambarkan prestasi siswa yang sebenarnya,” tambah Solin.

Ketua Panitia Penyelenggara UN SMA Sumatera Utara Yusri menjelaskan, naskah soal untuk UN SMA susulan telah tiba di Medan dan didistribusikan ke 29 kota/kabupaten. Dia berharap tidak ada lagi keluhan mengenai kekurangan soal UN yang akan dilaksanakan Senin ini.

Siswa jadi korban

Kepala SMA Negeri 6 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Muhtadi Hairi mengatakan, berbagai pelanggaran prosedur, seperti soal yang difotokopi tetapi hasilnya kabur dan sulit dibaca, bukan kesalahan siswa. ”Tidak adil jika nanti hasil UN buruk, kemudian siswa disalahkan,” kata Muhtadi. Di sekolah ini 40 siswa IPS sempat menolak UN hari pertama karena fotokopian soal UN sulit dibaca. Setelah dibujuk, akhirnya siswa mau mengerjakan soal sebisanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com