Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual di Lokasi Jatuhnya Lion

Kompas.com - 16/04/2013, 21:00 WIB

Kuta adalah sebuah kecamatan yang memiliki luas 17,5 km yang menjadi tambangdolar pariwisata Bali. Jika menengok sejarahnya, Kuta merupakan tempat pertama mendaratnya pasukan bala tantara kerajaan Majapahit pada tahun 1334.

Lokasi itu dulunya lebih dikenal dengan  nama "benteng" sesuai prasasti yang tersimpan di Pura Sanggaran, tidak jauh dari kawasan Kuta.

Saat mendaratnya bala tantera kerjaan Majapahit, Kuta hanya hutan rimba. Lokasinnya yang sangat strategis, menjadikan Kuta mendapat tempat di hati para pedagang dari berbagai daerah di Nusantara dan luar negeri yang singgah dalam pelayaran mengarungi samudera.

Kuta  pada zaman dulu sering dijadikan tempat persembunyian bagi  perampok dan bajak laut, bahkan sebagai pusat penyelundupan candu ke Jawa sekitar 1826.

JS Wettters, seorang tentara Belanda berpangkat kapten akhirnya ditempatkan sebagai pengawas keamanan pantai di Kuta. Selain itu, juga tercatat seorang pedagang asal Banyuwangi, Jatim, bernama Jembrong, pada awal Agustus 1835, mulai menetap di Kuta.

Tanggal 1 Agustus 1839 didirikannya ’Nederlandche Handel Maatsschappiy-NHM’ sebagai perusahaan dagang Belanda pertama di Bali yang sempat eksis selama empat tahun (1943).

Setelah itu pada April 1927, menetap lagi Pierre Dubois, Wakil Pemerintah Hindia Belanda karena Kuta sangat strategis sebagai pintu keluar-masuk barang terutama dari Singapura.

Pada 1835 sudah ada sekitar 40-an perahu yang menyemarakkan pelabuhan Cautaen (Kuta). Perahu-perahu dari Singapura itu  bersandar di Pelabuhan Kuta dengan membawa mata dagangan berupa  besi, kain dan kebutuhan lainnya buatan China.

Pemerintah Hindia Belanda dan para raja yang berkuasa di Badung, Bali, akhirnya menetapakan Kuta sebagai sebuah pelabuhan defenitif guna mendukung arus bongkar muat kapal-kapal asing  dari Eropa maupun Asia Pasifik.

Pada tahun 1920-an, akibat kian meningkatnya aktivitas di Pelabuhan Kuta itulah, mulai dibangunnya beberapa buah penginapan yang pada akhirnya justru bertebaran hotel-hotel berbintang hingga sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com