Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta-Minsk, Jalinan Antar-hub

Kompas.com - 19/03/2013, 02:29 WIB

Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada awal 2013 menyampaikan bahwa negaranya sangat berkepentingan memodernisasi diri untuk menghadapi persaingan global. Determinasi Belarus dalam upaya konsolidasi kemampuan nasional dan menangani permasalahan domestik dan luar negeri perlu digarisbawahi. Untuk itu, pengembangan hubungan dagang dan ekonomi di sejumlah kawasan terutama Asia—termasuk ASEAN— menjadi prioritas Belarus.

Untuk ”membumikan” misi itu, pemimpin Belarus secara taktis menetapkan negara-negara tertentu sebagai pijakan atau ”pivotal country(ies)” untuk pengembangan kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan terkait. Semacam prinsip sentrifugal dalam strategi politik-ekonomi global.

Antara lain dengan menetapkan Venezuela sebagai ”springboard” pengembangan hubungan dengan negara-negara Amerika Tengah serta Afrika Selatan, Etiopia dan Gana di Afrika.

Lalu, bagaimana dengan Asia, khususnya Asia Tenggara?

Di kawasan Asia Tenggara, Belarus hanya menempatkan kedutaan besar di Jakarta yang wilayah akreditasinya mencakup Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, serta di Hanoi. Di luar itu, secara khusus, Komite Industri Pertahanan Negara—sebuah lembaga strategis Belarus— hanya menempatkan perwakilan tetap di Jakarta.

Keputusan yang fundamental ini tentunya diambil berdasarkan kalkulasi matang dengan mempertimbangkan berbagai hal, khususnya aspek politik dan ekonomi. Beranjak dari penerapan strategi sentrifugal first-track Belarus, serta keberadaan infrastruktur kerja sama politik bilateral, merupakan suatu keniscayaan apabila pendekatan ini menjadi opsi untuk direplikasi perusahaan-perusahaan utama Belarus dalam melancarkan strategi ekspansinya di kawasan.

Bukan tidak mungkin perusahaan-perusahaan Belarus yang sudah mendunia, seperti BeLaz (produsen truk besar), Belshina (produsen ban ukuran besar), dan BPC (perusahaan potasium) menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi produk dan hub pengembangan kerja sama industri dan investasinya untuk Asia Tenggara dan sekitarnya. Namun, hal ini tidak menjadikan potensi ekstensifikasi kerja sama bilateral Indonesia-Belarus terhenti sampai di sini saja.

Jalinan antar-”hub”

Tahun 2010, Belarus bersama Rusia dan Kazakhstan membentuk Customs Union (CU). Dengan demikian, mulai 1 Juli 2011 unified custom tariff/code mulai efektif berlaku dan pemeriksaan bea dan cukai di antara perbatasan ketiga negara ini dihapuskan. Secara agregat, kawasan CU memiliki jumlah penduduk sekitar 170 juta dengan total GDP (PPP) sebesar 2,95 triliun dollar AS (2011). Untuk akses ke pasar CU, sampai dengan Desember 2012, sebanyak 31 aturan teknis CU telah disusun yang meliputi berbagai jenis barang.

Mulai Januari 2012, ketiga negara ini mengintrodusir Common Economic Space (CES), dan pada November 2012 Komisi Bersama CU sepakat untuk nantinya membentuk Uni Eurasian pada tahun 2015 yang juga melibatkan negara-negara lepasan Uni Soviet.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com