Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta-Minsk, Jalinan Antar-hub

Kompas.com - 19/03/2013, 02:29 WIB

Djauhari Oratmangun

Tenggelam berkutat dalam rumitnya selebar sabuk tenunan dengan kilauan pernik Persia

…..dibalik dinding sana, lahan benih lain sedang tersenyum

Dengan cahaya kecil langit, menyapa dari luar pembatas….

Maksim Bahdanovich dalam ”Slutzkiya Tkacykhi” (Wanita Penenun dari Slucak)

Inilah saduran puisi karya sastrawan klasik abad ke-19. Bahdanovich adalah kelahiran Minsk, ibu kota Belarus.

Republik Belarus yang lepas dari Uni Soviet sejak 1991 adalah negara tak berpantai dan berpenduduk 9,5 juta jiwa. Terletak di tengah Benua Eropa, negeri ini berbatasan dengan lima negara: Latvia, Lituania, Ukraina, Rusia, dan Polandia.

Sekarang Belarus sedang giat-giatnya mengakselerasi laju pembangunan dengan dukungan sektor industri dan jasa berteknologi tinggi yang menjadi tumpuan aktivitas ekonominya. Para pemimpin di Belarus berpandangan bahwa di tengah krisis ekonomi Eropa, pembangunan ekonomi domestik ke depan tidak dapat hanya mengandalkan penguasaan sumber daya alam dan teknologi saja.

Diversifikasi mitra

Anugerah alam di Belarus, seperti kayu, minyak, gas, baja, dan granit beserta pengelolaannya, perlu dibarengi dengan upaya yang lebih outward-looking untuk mendiversifikasi mitra kerja sama internasionalnya. Karena itu, kebijakan hubungan luar negerinya cukup aktif dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara di luar kawasannya.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada awal 2013 menyampaikan bahwa negaranya sangat berkepentingan memodernisasi diri untuk menghadapi persaingan global. Determinasi Belarus dalam upaya konsolidasi kemampuan nasional dan menangani permasalahan domestik dan luar negeri perlu digarisbawahi. Untuk itu, pengembangan hubungan dagang dan ekonomi di sejumlah kawasan terutama Asia—termasuk ASEAN— menjadi prioritas Belarus.

Untuk ”membumikan” misi itu, pemimpin Belarus secara taktis menetapkan negara-negara tertentu sebagai pijakan atau ”pivotal country(ies)” untuk pengembangan kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan terkait. Semacam prinsip sentrifugal dalam strategi politik-ekonomi global.

Antara lain dengan menetapkan Venezuela sebagai ”springboard” pengembangan hubungan dengan negara-negara Amerika Tengah serta Afrika Selatan, Etiopia dan Gana di Afrika.

Lalu, bagaimana dengan Asia, khususnya Asia Tenggara?

Di kawasan Asia Tenggara, Belarus hanya menempatkan kedutaan besar di Jakarta yang wilayah akreditasinya mencakup Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, serta di Hanoi. Di luar itu, secara khusus, Komite Industri Pertahanan Negara—sebuah lembaga strategis Belarus— hanya menempatkan perwakilan tetap di Jakarta.

Keputusan yang fundamental ini tentunya diambil berdasarkan kalkulasi matang dengan mempertimbangkan berbagai hal, khususnya aspek politik dan ekonomi. Beranjak dari penerapan strategi sentrifugal first-track Belarus, serta keberadaan infrastruktur kerja sama politik bilateral, merupakan suatu keniscayaan apabila pendekatan ini menjadi opsi untuk direplikasi perusahaan-perusahaan utama Belarus dalam melancarkan strategi ekspansinya di kawasan.

Bukan tidak mungkin perusahaan-perusahaan Belarus yang sudah mendunia, seperti BeLaz (produsen truk besar), Belshina (produsen ban ukuran besar), dan BPC (perusahaan potasium) menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi produk dan hub pengembangan kerja sama industri dan investasinya untuk Asia Tenggara dan sekitarnya. Namun, hal ini tidak menjadikan potensi ekstensifikasi kerja sama bilateral Indonesia-Belarus terhenti sampai di sini saja.

Jalinan antar-”hub”

Tahun 2010, Belarus bersama Rusia dan Kazakhstan membentuk Customs Union (CU). Dengan demikian, mulai 1 Juli 2011 unified custom tariff/code mulai efektif berlaku dan pemeriksaan bea dan cukai di antara perbatasan ketiga negara ini dihapuskan. Secara agregat, kawasan CU memiliki jumlah penduduk sekitar 170 juta dengan total GDP (PPP) sebesar 2,95 triliun dollar AS (2011). Untuk akses ke pasar CU, sampai dengan Desember 2012, sebanyak 31 aturan teknis CU telah disusun yang meliputi berbagai jenis barang.

Mulai Januari 2012, ketiga negara ini mengintrodusir Common Economic Space (CES), dan pada November 2012 Komisi Bersama CU sepakat untuk nantinya membentuk Uni Eurasian pada tahun 2015 yang juga melibatkan negara-negara lepasan Uni Soviet.

Karena lokasi geo-ekonominya, kelak Belarus akan menjadi hub logistik dan transportasi bagi Eurasia. Setiap tahun, lebih dari 100 juta ton kargo intra kawasan Eropa melewati wilayah Belarus. Dalam lingkup yang lebih luas, dapat dikatakan Belarus telah menjadi link utama di antara negara-negara CIS dan Uni Eropa.

Indonesia, di pihak lain, memiliki keistimewaan tersendiri sebagai hub atau pusat aktivitas kerja sama ASEAN di kawasan, antara lain melalui keberadaan Sekretariat ASEAN di Jakarta. Seluruh negara anggota ASEAN dan negara Mitra Wicara ASEAN telah menempatkan perwakilan tetapnya di Jakarta. Prakarsa-prakarsa kerja sama ASEAN, termasuk di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi dihasilkan dan disepakati melalui Komite Perwakilan Tetap ASEAN yang sidang regulernya sebagian besar diadakan di Sekretariat ASEAN.

ASEAN memang sedang bertransformasi untuk mewujudkan suatu Komunitas Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015 dengan bercirikan utama pasar tunggal dan berbasis produksi. AEC memiliki total GDP (PPP) sebesar 3 triliun dollar AS dan penduduk 600 juta jiwa dengan kecenderungan jumlah kelas menengah dan pertumbuhan ekonomi yang positif.

Seiring dengan upaya mengapitalisasi posisi Jakarta sebagai hub ASEAN menyongsong terwujudnya AEC, dan potensi kerja sama yang besar dengan Minsk sebagai hub CU dan ekonomi Eurasia, sudah saatnya mengambil langkah-langkah progresif bagi penguatan kemitraan antara Indonesia dan Belarus. Aktualisasinya dalam konteks strategis adalah ”jalinan antar-hub”.

Manfaat lain yang bisa diperoleh Indonesia adalah alih teknologi dalam kerja sama menghasilkan produk-produk industri, misalnya pada produk BeLaz dan alat-alat pertanian. Karet alam Indonesia juga bisa diolah bersama untuk menaikkan nilai tambah. Realisasinya adalah dengan memanfaatkan momentum kunjungan kenegaraan Presiden Alexander Lukashenko beserta delegasi bisnisnya ke Indonesia tanggal 18-19 Maret ini.

Dari perspektif kepentingan nasional, kesepakatan-kesepakatan bilateral yang dicapai dalam kunjungan kenegaraan ini nantinya merupakan refleksi dari dua hal mendasar: upaya perluasan kerja sama internasional Belarus dan kesiapan Indonesia menjadi hub distribusi produk, industri. dan investasi Belarus di Asia Tenggara dan sekitarnya.

Semoga Indonesia menyikapi positif sinyal-sinyal keinginan kerja sama yang disampaikan Wanita Penenun dari Slucak ini.

Djauhari Oratmangun Duta Besar LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com