Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swadaya Meredam "Si Jago Merah"

Kompas.com - 09/08/2012, 02:52 WIB

Relawan berasal dari berbagai kalangan, tetapi umumnya wiraswasta yang bisa sewaktu-waktu meninggalkan pekerjaannya. ”Mereka sejak awal sudah paham falsafah kerja relawan, yakni hidup untuk organisasi (yayasan), bukan hidup dari yayasan,” ujar Ateng.

Abun selaku Koordinator Bagian Operasional Lapangan Yayasan Panca Bhakti, mengatakan, setiap hari selalu ada relawan yang berjaga di posko. Tidak ada jadwal piket. Setiap hari selalu ada relawan yang siap di posko.

Relawan yang tak ada di posko pun biasanya siap bertugas kapan saja dibutuhkan. Mereka akan langsung mendapatkan informasi sesaat setelah informasi kebakaran di suatu tempat valid.

Kini, warga sudah makin tanggap untuk meredam kasus kebakaran, terutama di permukiman penduduk. Mereka biasanya segera menghubungi pemadam kebakaran yang nomor teleponnya tercantum di koran. Nomor kontak petugas pemadam kebakaran juga disebar, setidaknya melalui 3.000 lembar kartu nama.

Inisiatif yang tulus juga tumbuh di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di wilayah ini terdapat 350 kelompok barisan pemadam kebakaran (BPK). Mereka tak hanya siap mengatasi kebakaran permukiman, tetapi juga lahan.

Setiap BPK memiliki peralatan pemadaman kebakaran, seperti mobil pikap untuk mengangkut pompa semprot air jinjing lengkap dengan sirene. Tak ketinggalan mobil tangki air, ambulans, dan perahu cepat (speedboat). Mereka juga dilengkapi radio komunikasi dan seragam khusus.

Salah satu kelompok BPK yang memiliki peralatan lengkap adalah BPK Seberang Mesjid di Kelurahan Seberang Mesjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah. Abdi Artha, Ketua Harian BPK Seberang Mesjid, menuturkan, semua peralatan selalu diuji coba secara periodik, terutama menjelang puncak musim kemarau. Kelompok ini memiliki 40-an anggota.

Adanya kegiatan koordinasi untuk mengantisipasi kebakaran diapresiasi oleh Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalsel Jahlul.

Di Yogyakarta, warga berswadaya mengatasi kebakaran dengan meniru cara di Jepang. Saat gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Kobe, Jepang, tahun 1995, Biro Pemadam Kebakaran Kota Kobe dan masyarakat setempat membentuk komunitas masyarakat tanggap bencana bernama bokomi atau boshai community. Jumlahnya 191 bokomi.

Akhir tahun 2011 terbentuklah bokomi ke-192 di sebuah kampung padat penduduk RW IX, Badran, Jetis, Yogyakarta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com