Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swadaya Meredam "Si Jago Merah"

Kompas.com - 09/08/2012, 02:52 WIB

Abun (51) sibuk menyemprotkan selangnya ke lokasi kebakaran di Jalan Imam Bonjol, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu malam lalu. Belum lagi kobaran api padam seluruhnya, panggilan radio masuk lagi. Kali ini bukan panggilan biasa. Isinya, permukiman di Jalan Prof Hamka juga terbakar.

Pria setengah baya itu segera mengoordinasi relawan lain agar segera meluncur ke Jalan Prof Hamka yang berjarak 3 kilometer dari titik kebakaran yang pertama.

Itulah sekelumit kesibukan Abun, aktivis Yayasan Panca Bhakti, yayasan pemadam kebakaran swasta di Pontianak. Permukiman padat berpola komunal, ditambah iklim tropik, menjadi pemicu kebakaran di Pontianak dan kota lainnya di Indonesia.

Di tengah situasi seperti itu muncul ketulusan warga untuk berswadaya meredam amukan ”si jago merah”. Inilah energi positif untuk mengatasi situasi, sekaligus melengkapi peran aparat dinas pemadam kebakaran.

Di Kota Pontianak, misalnya, terdapat 13 yayasan pemadam kebakaran, dengan jumlah relawan mencapai 2.000 orang. Mereka mau bekerja tanpa upah.

Begitu sandi ”65” terdengar di radio komunikasi (handy talkie/HT), semua posko kebakaran swasta yang berjumlah 13 di kota itu bergegas. Sandi ”65” merupakan isyarat insiden kebakaran. Para relawan di posko langsung menjalankan kendaraan pemadam menuju lokasi kebakaran.

Di lokasi kebakaran, para relawan dari yayasan pemadam kebakaran bergabung bersama dengan aparat pemadam kebakaran Pemerintah Kota Pontianak. Siapa pun yang lebih dulu sampai di lokasi kebakaran, entah relawan swasta atau pemerintah, wajib memadamkan api atau melokalisasi kebakaran.

Pemadaman dilakukan jika sumber api kecil dan armada dianggap mampu mengatasi situasi. Namun, jika sumber api tak bisa lagi dipadamkan, tindakan pertama yang harus segera diambil adalah melokalisasi kebakaran supaya tidak merembet ke daerah sekitarnya. Caranya, menyemprotkan air melawan arah angin di lokasi.

Ketua Forum Komunikasi Kebakaran Pontianak Ateng Tanjaya mengungkapkan, Kota Pontianak memiliki yayasan pemadam kebakaran yang terbanyak di Indonesia. Cikal bakal lembaga swasta ini tumbuh sejak tahun 1949. Semua petugas pemadam kebakaran swasta berstatus relawan. Tidak ada upah atau balas jasa.

Ateng menyebutkan, jumlah kendaraan pemadam kebakaran milik swasta dan pemerintah di Kota Pontianak mencapai 50. Dari jumlah itu, 46 kendaraan di antaranya milik yayasan-yayasan yang ada.

Relawan berasal dari berbagai kalangan, tetapi umumnya wiraswasta yang bisa sewaktu-waktu meninggalkan pekerjaannya. ”Mereka sejak awal sudah paham falsafah kerja relawan, yakni hidup untuk organisasi (yayasan), bukan hidup dari yayasan,” ujar Ateng.

Abun selaku Koordinator Bagian Operasional Lapangan Yayasan Panca Bhakti, mengatakan, setiap hari selalu ada relawan yang berjaga di posko. Tidak ada jadwal piket. Setiap hari selalu ada relawan yang siap di posko.

Relawan yang tak ada di posko pun biasanya siap bertugas kapan saja dibutuhkan. Mereka akan langsung mendapatkan informasi sesaat setelah informasi kebakaran di suatu tempat valid.

Kini, warga sudah makin tanggap untuk meredam kasus kebakaran, terutama di permukiman penduduk. Mereka biasanya segera menghubungi pemadam kebakaran yang nomor teleponnya tercantum di koran. Nomor kontak petugas pemadam kebakaran juga disebar, setidaknya melalui 3.000 lembar kartu nama.

Inisiatif yang tulus juga tumbuh di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di wilayah ini terdapat 350 kelompok barisan pemadam kebakaran (BPK). Mereka tak hanya siap mengatasi kebakaran permukiman, tetapi juga lahan.

Setiap BPK memiliki peralatan pemadaman kebakaran, seperti mobil pikap untuk mengangkut pompa semprot air jinjing lengkap dengan sirene. Tak ketinggalan mobil tangki air, ambulans, dan perahu cepat (speedboat). Mereka juga dilengkapi radio komunikasi dan seragam khusus.

Salah satu kelompok BPK yang memiliki peralatan lengkap adalah BPK Seberang Mesjid di Kelurahan Seberang Mesjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah. Abdi Artha, Ketua Harian BPK Seberang Mesjid, menuturkan, semua peralatan selalu diuji coba secara periodik, terutama menjelang puncak musim kemarau. Kelompok ini memiliki 40-an anggota.

Adanya kegiatan koordinasi untuk mengantisipasi kebakaran diapresiasi oleh Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalsel Jahlul.

Di Yogyakarta, warga berswadaya mengatasi kebakaran dengan meniru cara di Jepang. Saat gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Kobe, Jepang, tahun 1995, Biro Pemadam Kebakaran Kota Kobe dan masyarakat setempat membentuk komunitas masyarakat tanggap bencana bernama bokomi atau boshai community. Jumlahnya 191 bokomi.

Akhir tahun 2011 terbentuklah bokomi ke-192 di sebuah kampung padat penduduk RW IX, Badran, Jetis, Yogyakarta.

Meski tak berada di negeri sakura, Bokomi 192 ini mendapat sertifikat resmi dari Biro Pemadam Kebakaran Kota Kobe dan menjadi satu-satunya bokomi yang ada di Indonesia.

Munculnya bokomi di Kampung Badran berawal dari pengalaman studi banding empat dosen dan karyawan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Noorhadi Rahardjo, Ika Putra, Yusuf Sunaryo, dan Aminuddin, ke Kobe, Jepang. Noorhadi yang kebetulan ketua RW IX di Kampung Badran tertarik menyaksikan upaya preventif masyarakat Kobe menghadapi dua ancaman bencana: gempa bumi dan kebakaran.

”Gempa bumi berpotensi diikuti kebakaran karena terjadinya korsleting listrik akibat guncangan-guncangan pada bangunan,” katanya.

Iuran bersama

Pendirian Bokomi 192 di Kampung Badran awalnya didanai iuran bersama uang saku empat dosen dan karyawan UGM yang melakukan studi banding ke Kobe. Dari mereka terkumpul Rp 20 juta.

Minimnya alat pemadam kebakaran disiasati dengan memodifikasi pompa air yang diberi roda. Uang iuran dioptimalkan untuk membuat sekaligus berfungsi sebagai penyedot dan penyemprot air.

Situasi kritis memantik kreativitas yang berpangkal pada energi positif....(AHA/WER/ABK/ELD/ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com