Meski tak berada di negeri sakura, Bokomi 192 ini mendapat sertifikat resmi dari Biro Pemadam Kebakaran Kota Kobe dan menjadi satu-satunya bokomi yang ada di Indonesia.
Munculnya bokomi di Kampung Badran berawal dari pengalaman studi banding empat dosen dan karyawan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Noorhadi Rahardjo, Ika Putra, Yusuf Sunaryo, dan Aminuddin, ke Kobe, Jepang. Noorhadi yang kebetulan ketua RW IX di Kampung Badran tertarik menyaksikan upaya preventif masyarakat Kobe menghadapi dua ancaman bencana: gempa bumi dan kebakaran.
”Gempa bumi berpotensi diikuti kebakaran karena terjadinya korsleting listrik akibat guncangan-guncangan pada bangunan,” katanya.
Pendirian Bokomi 192 di Kampung Badran awalnya didanai iuran bersama uang saku empat dosen dan karyawan UGM yang melakukan studi banding ke Kobe. Dari mereka terkumpul Rp 20 juta.
Minimnya alat pemadam kebakaran disiasati dengan memodifikasi pompa air yang diberi roda. Uang iuran dioptimalkan untuk membuat sekaligus berfungsi sebagai penyedot dan penyemprot air.
Situasi kritis memantik kreativitas yang berpangkal pada energi positif....(AHA/WER/ABK/ELD/ETA)