Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Menanggung Keamanan Kami?

Kompas.com - 29/07/2011, 16:11 WIB

Ratusan hektar sawah dan kebun rakyat dibeli dengan harga murah antara kurun waktu tahun 1973 sampai 1977. Satu meter persegi hanya dihargai Rp 340 per meter persegi. Padahal, sawah-sawah yang dibebaskan itu adalah sumber penghidupan utama masyarakat setempat secara turun temurun  

Kami tak berani menolak pembebasan lahan waktu itu. Ada yang menolak terus dibawa ke pos tentara dan tak pernah kembali lagi, kata Kamaruddin.

Dua tahun setelah beroperasi, masyarakat meminta dapat menggarap sebagian lahan sawah yang menganggur dikuasai Exxonmobil. Pihak Exxonmobil akhirnnya memberikan izin.

Sampai tahun 1990-an, masyarakat dapat mengusahakan sawah tersebut walaupun secara taraf ekonomi apa yang mereka dapat dari sawah tak sebesar sebelum pembebasan lahan. Maklum, luasan sawah yang mereka usahakan jauh turun, yaitu hanya sekitar 1.000 meter persegi. P adahal, sebelumnya mereka memiliki lahan di atas 1 hektar.

Memasuki dekade 1990-an, di Aceh diberlakukan daerah operasi militer (DOM). Sejak itulah, penculikan demi penculikan terjadi. Banyak warga yang dicurigai sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mereka dibawa ke pos diintrogasi dan tak kembali.

Di Desa Mantang Paya, tetangga desa Mantang Meunjee, warga setempat tak akan pernah lupa dengan sebuah bangunan sederhana berukuran 4x7 meter di pojok desa. Bangunan itulah yang dulu disebut sebagai pos A13. Disana banyak warga kampung yang diculik dan hilang.  

Waktu itu itu tudahannya macam-macam. Ada yang dituduh melindungi dan memberi bantuan ke GAM, ada yang dianggap melawan, ujar dia.

M Jaffar, Keuchik Desa Mantang Meunjee, sejak tahun 1996 sampai saat ini tak diketahui rimbanya setelah dibawa ke pos tentara di ujung desanya. Jaffar dituduh melindungi orang-orang GAM. Hal yang sama juga dialami Keuchik Desa Mantang Paya yang juga menghilang hingga kini.

Masa-masa konflik bukan saja sangat sulit, tapi juga tak aman. Bahkan, untuk pergi ke sawah pun warga harus datang terlebih dahulu ke pos tentara untuk tanda tangan. Hasil panen padi pun harus dibagi kepada pihak Exxonmobil, tentara, dan pemerintah daerah setempat.  

Untuk setiap 4 rante sawah, kami ditarik padi 85 kilogram. Kadang padi kami disita karena tentar a menuduh kami akan menyerahkan padi kepada orang GAM. Padahal, padi itu akan kami sumbangkan ke meunasah desa, kata Ahmad Ali (50), warga setempat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com