Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gurita Gula Rafinasi

Kompas.com - 29/07/2011, 02:41 WIB

Tidak bisa dimungkiri kehadiran industri gula rafinasi juga turut menyelamatkan wajah pemerintah dari tekanan inflasi akibat kenaikan harga pangan, termasuk gula.

Dengan ketersediaan gula yang cukup di pasar, harga gula bisa lebih dikendalikan sekalipun sulit diwujudkan bila harga gula di pasar dunia meningkat. Saat itu gula tebu dalam negeri tetap diserbu industri.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi secara tidak langsung mengungkap cara melihat persoalan industri rafinasi dengan cara pandang berbeda.

Bagaimanapun, demikian Bayu, industri gula rafinasi turut berjasa. Kalau tidak ada gula rafinasi, siapa yang akan memasok kebutuhan gula hingga 3 juta ton.

Kehadiran gula rafinasi memang diperlukan. Kalau industri kecil, menengah dan besar bisa mendapatkan gula dengan harga lebih rendah dan kualitas lebih bagus, mengapa itu juga tidak bisa dinikmati industri rumah tangga dan konsumen rumah tangga di daerah-daerah yang jauh dari sentra produksi gula.

Gula rafinasi bisa lebih murah dan kualitasnya lebih bagus karena bahan bakunya gula mentah impor. Gula mentah itu diproduksi korporasi skala luas sehingga efisien, sedangkan petani tebu kepemilikan lahannya rata-rata hanya dua hektar.

Karena itu, tingkat harga gula rafinasi dan gula petani jelas tidak dapat dibandingkan langsung.

Kualitas gula rafinasi memang lebih bagus dan lebih putih karena gula rafinasi diproduksi mesin modern dengan sistem karbonatasi. Sementara pabrik gula yang mengolah tebu petani sudah tua dan masih memakai sistem sulfitasi.

PG yang mengolah tebu petani mayoritas milik BUMN atau pemerintah. Dengan kata lain, tinggi rendahnya daya saing gula petani juga tergantung pada pemerintah sebagai pemegang kendali industri gula BUMN.

Kalau pemerintah mengikat kaki petani dengan membiarkan revitalisasi industri gula tidak berjalan, bagaimana gula petani bisa bersaing?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com