Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusat Letusan Berada di "Meja Datar"

Kompas.com - 18/07/2011, 02:43 WIB

Abu vulkanik kerikil dan gas tidak banyak. ”Lokon termasuk gunung miskin gas. Di Sulawesi Utara, hampir semua magma bersifat basaltik sehingga tidak kaya akan gas, berbeda dengan magma di Merapi yang bersifat andesitik yang banyak mengandung gas,” kata Surono. Basalt dan andesit merupakan jenis batuan yang terbentuk sesuai temperatur dan tekanan pada struktur dalam Bumi.

Di Lokon, yang terjadi adalah adanya air tanah yang terpanasi kemudian tertekan oleh timbunan tanah. Karena terakumulasi makin besar, akhirnya uap air keluar dari kawah. ”Maka, di Lokon yang keluar adalah awan berwarna putih,” ujar Surono.

Dia mengatakan, sampai Minggu sore aktivitas Lokon belum stabil, masih ada tremor vulkanik sehingga tidak bisa ditentukan bagaimana ke depannya. ”Saat ini statusnya masih tetap Awas,” ujar Surono.

Dua puncak

Gunung Lokon memiliki keunikan. Dia memiliki dua puncak, yaitu Puncak Lokon dan Puncak Empung. Keduanya berjarak sekitar 2-3 kilometer. Di antara kedua puncak tersebut, di bagian lembah, terdapat Kawah Tompaluan.

”Awan panas tersebut muncul di Kawah Tompaluan. Di lokasi datar. Puncak Empung terakhir kali meletus tahun 1829, sedangkan Puncak Lokon tidak terdapat catatan kapan meletus terakhir kalinya,” kata Surono.

Energi yang dimiliki Puncak Empung dan Puncak Lokon tak cukup kuat untuk menjebol puncaknya. Selain itu, cairan magma atau uap air di bawah juga tidak bisa mencapai kedua puncak tersebut.

Dengan ketinggian sekitar 1.580 meter untuk Puncak Lokon dan 1.340 meter untuk Puncak Empung, serta ketinggian kawah sekitar 1.000 meter di lembah di antara keduanya, ketinggian letusan hingga 3.500 meter kemarin tidak terlalu berisiko bagi penduduk karena terhalang oleh kedua puncak tersebut, demikian kata Surono.

Meja datar

”Selain itu, karena kawah tersebut berada di dataran, seperti meja, awan panas tersebut tidak menggelontor atau meluncur turun dengan cepat, tidak seperti awan panas dari letusan Gunung Merapi yang berlereng curam,” kata Surono.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com