BONDOWOSO, KOMPAS.com — Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), Surip Mawardi, menyebutkan akan ada pembentukan kluster di sentra-sentra kopi. Hal itu dilakukan sebagai upaya pengembangan ekonomi secara total, tetapi dengan basis kopi.
"Kemarin yang lebih aktif Bank Indonesia. Kami diminta Bank Indonesia membuat studi Bondowoso. Tetapi studinya dari kami, rancangan dari kami, compact dasar dari kami, (dan) masterplan dari kami," kata Surip dalam acara peluncuran ekspor perdana Java Coffee Bondowoso di Bondowoso, Jawa Timur, Jumat (10/6/2011).
Selain kluster kopi di Bondowoso ini, PPKKI juga telah membentuk kluster kopi di Flores (NTT) dan Bali.
"Kluster itu nanti sebenarnya dari pengembangan ekonomi total, tetapi base-nya kopi. Apapun yang berbau kopi, kami harapkan bisa diaktifkan," tambahnya.
Ia mengharapkan, kluster ini dapat menumbuhkan perkampungan wisata, seperti yang telah dikembangkan di Bali dan Flores. Sementara itu, di Bondowoso akan dikembangkan seperti halnya di kedua tempat tersebut.
"Kerajinan kuningan (di Bondowoso) bisa berasosiasi dengan kopi," tuturnya. Sektor peternakan pun dapat dikembangkan bersama usaha komoditas kopi. Pupuk kandang yang dapat berasal dari kotoran sapi juga dapat digunakan untuk pupuk tanaman kopi.
"Kalau perlu, petani bisa punya industri penggorengan kopi sendiri. Petani punya kafe. Ini kami rancang dalam 15 tahun dari mulai tahun ini," katanya.
Lima tahun pertama merupakan tahap inisiasi, dan lima tahun kedua disebut tahap penumbuhan. Tahap pemantapan sebagai yang terakhir. "Nanti yang terakhir kami harus mengembangkan brand," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.