SLEMAN, KOMPAS -
”Banyak yang mampat. Air tergenang di kamar mandi,” kata salah satu pengungsi, Narsih (31), warga Purwobinangun, Sabtu (6/11). Ia memilih hanya membasuh wajah dan memandikan anaknya karena satu keluarga hanya dijatah satu ember air ukuran kecil.
Beberapa hari terakhir ia tidak pernah mencuci bajunya. ”Untuk mandi saja sudah sulit, apalagi mencuci baju. Sudah begitu, dijatah juga,” katanya.
Melihat langsung pengungsi di Stadion Maguwoharjo, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla berharap agar pemerintah setempat memindahkan sebagian pengungsi ke tempat pengungsian lain untuk mengurangi beban bangunan stadion. Sebab, permasalahan besar akan timbul dengan besarnya jumlah pengungsi.
”Sebaiknya mereka dipecah-pecah lagi sehingga tidak menumpuk seperti sekarang ini. Masih ada posko pengungsian lain, seperti di Universitas Gadjah Mada atau kampus lain yang bisa digunakan,” ujarnya.
Mantan Wakil Presiden RI ini juga mengingatkan seluruh staf PMI yang bertugas di berbagai tempat pengungsian agar memperbaiki sistem kerjanya. Ia menilai, kerja PMI belum efektif karena tempat pengumpulan makanan dan obat-obatan di beberapa lokasi masih disatukan.
Kalla menyatakan, pihaknya akan menempatkan dua kontainer khusus untuk makanan, pakaian, dan obat-obatan di stadion tersebut segera.
Secara khusus, PMI juga akan mulai memasok 200.000 liter air bersih per hari bagi para pengungsi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.