Aloysius Budi Kurniawan
Seiring dengan menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) di Jembatan Suramadu, tahun lalu Pemprov Jatim dan Kabupaten Bangkalan sepakat membangun rest area
Namun, hingga tahun 2010 ketika jumlah PKL telah membumbung sampai 800 bahkan ribuan di hari libur, pembangunan kawasan khusus itu belum juga terwujud.
Padahal, tahun lalu Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Jatim Fattah Jasin (saat itu) pernah mengungkapkan, rencana relokasi para PKL ke tempat baru akan dilakukan tahun ini. Sementara itu, Pemkab Bangkalan selaku tuan rumah sepakat menyiapkan lahan sekitar 10 hektar hingga 20 hektar.
”Pemkab Bangkalan akan menyiapkan lahan. Untuk pembangunan infrastrukturnya jika Pemkab Bangkalan tak sanggup, Pemprov Jatim siap membangun,” papar Jasin saat itu.
Namun, apa dikata, seiring pengoperasian Jembatan Suramadu selama setahun lebih, upaya Pemprov Jatim serta Pemkab Bangkalan belum kelihatan juga. Sementara di sepanjang akses Suramadu sisi Madura tenda-tenda PKL bukannya berkurang, tetapi malah terus bertambah.
Hasil penelitian kualitatif Litbang Kompas menunjukkan, hampir mayoritas PKL di kaki Jembatan Suramadu sisi Madura adalah penduduk asli Madura. Bahkan, sebagian pedagang mengaku pernah merantau puluhan tahun ke luar Madura dan akhirnya kembali karena tertarik berjualan.
Naimah (34), salah satu PKL mengatakan, ia terinspirasi berjualan di kaki Jembatan Suramadu saat melihat pengunjung Suramadu yang berhenti dan melihat-lihat suasana jembatan di awal peresmian. Naimah pun mengambil barang dagangan dari toko kelontong miliknya di Surabaya dan kemudian menjajakannya di sana.