Kepala Bidang Wasior, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Tangaa Barang di Wasior menyatakan, ”Karena curah hujan tinggi, di perbukitan itu terjadi patahan dan longsoran- longsoran membentuk semacam telaga. Saat tidak mampu lagi menampung, air meluap dan membawa kayu-kayu mati.”
Ia menyebutkan, jika batang- batang kayu yang terseret air bah hasil pembalakan, potongan-potongan halus akan terlihat. Sementara pada batang-batang kayu yang terbawa bersama air bah masih dilekati akar.
Guru Besar Geologi Teknik dan Lingkungan Universitas Gajah Mada Dwikorita Karnawati di Yogyakarta menyatakan, jika kayu yang terseret banjir bandang kayu gelondongan dengan ukuran teratur dan terpotong seragam tanpa akar, tumpukan kayu di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon. Namun, jika kayu yang terseret dilengkapi akar dan ranting, kemungkinan besar tumpukan kayu terjadi secara alamiah akibat longsor.
Sementara itu, evakuasi korban dan rehabilitasi infrastruktur Wasior masih terkendala ketersediaan alat berat.
Menko Kesra menjanjikan bakal mengerahkan alat-alat berat dari beberapa daerah ke Wasior.
Berdasarkan data Satuan Penanggulangan Bencana Wasior, ada 124 korban tewas yang ditemukan, 123 orang hilang, 181 orang luka berat, dan 2.000 orang luka ringan. Pasien luka berat dan tak bisa ditangani di Wasior dirujuk ke Manokwari.
Adapun jumlah pengungsi di Manokwari 1.859 orang, Nabire 223 orang, dan Wondama 2.283 orang.