Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Mulai Kelaparan

Kompas.com - 10/10/2010, 03:21 WIB

Wasior, Kompas - Penyaluran bantuan untuk korban banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, yang belum merata membuat mereka mulai kelaparan. Untuk mendapatkan makanan, sejumlah korban, Sabtu (9/10) siang, memaksa petugas menyerahkan mi instan dan makanan lainnya di posko bantuan di Pelabuhan Laut Kuripasai, Wasior.

Kericuhan sempat terjadi saat warga yang kelaparan itu mendatangi tenda-tenda penyimpanan sementara logistik bantuan. Kericuhan mereda setelah sejumlah polisi dikerahkan untuk mengatasi persoalan itu.

Warga kelaparan karena tidak pernah mendapatkan bantuan makanan sementara bahan persediaan milik mereka pribadi terus menipis. Nyonya Waolo (48), warga Masabui I Wasior, misalnya, mengeluhkan kinerja satuan penanggulangan bencana yang hingga hari kelima pascabencana tak kunjung memberikan bantuan logistik. ”Saya tiga kali pindah dari rumah saudara yang satu ke rumah saudara yang lain. Soalnya, persediaan makanan sudah habis,” ujarnya.

Ia hanya tahu posko bantuan hanya ada di Manggurai yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari Wasior. Untuk ke lokasi itu, ia terkendala alat transportasi.

M Idrus (57), warga Wasior lainnya, juga mengakui habisnya persediaan bahan makanan. Apalagi rumahnya yang ditinggal pergi mengungsi dibobol penjarah. Ia belum pernah mendapat bantuan sejak banjir menyapu Wasior, Senin lalu.

Di Jakarta, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha, saat dikonfirmasi, Sabtu, menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda kunjungannya ke Wasior. Presiden yang semula akan meninjau pada Minggu pagi ini menunda kunjungannya karena tidak mau kedatangannya menambah beban tim penanggulangan korban banjir bandang Wasior yang saat ini tengah mengarahkan dan memfokuskan pada pencarian dan evakuasi korban serta penanganannya.

”Ya benar, Presiden menunda peninjauannya karena tak ingin kehadirannya menambah beban dan kerepotan tim penanggulangan yang kini tengah bekerja keras mencari, mengevakuasi, dan menangani korban. Presiden akan datang beberapa hari kemudian setelah tim sudah menangani sehingga kedatangan Presiden tidak menambah kerepotan baru,” ujar Julian.

Menurut dia, Presiden dijadwalkan akan meninjau Wasior Rabu atau Kamis mendatang.

”Keputusan Presiden dilakukan atas saran Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) Syamsul Maarif setelah menemui Presiden Jumat malam lalu,” ujar Julian.

Meskipun menunda kunjungan, bantuan yang dikirim Presiden Yudhoyono sudah diterima para korban.

Dapur umum 

Sabtu kemarin, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Sosial Salim Segaf Al’Jufrie meninjau penanganan di Wasior. Di hadapan dua menteri itu, Komandan Penanganan Bencana Letnan Kolonel (Inf) Eduard Sitorus mengatakan, pihaknya telah mengupayakan mendirikan dapur umum. ”Pendirian dapur umum masih terkendala oleh warga yang berpencar,” katanya.

Terkait posko kesehatan, Budihardja Singgih, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Sabtu di Wasior, mengusahakan sesegera mungkin mendirikan posko-posko kesehatan di daerah paling parah, seperti Sanduay dan Manggurai. ”Tenaga medis bisa kami datangkan dari mana saja,” ucapnya.

Di Solo, Jawa Tengah, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) M Jusuf Kalla, Sabtu, mengemukakan, pihaknya telah menginstruksikan agar semua logistik yang telah dikirimkan PMI dibagikan kepada pengungsi korban di Wasior.

Menurut Jusuf Kalla, stok logistik di gudang PMI daerah Papua masih banyak. Stok cukup untuk memenuhi kebutuhan pengungsi di Distrik Wasior dan Wondiwoi. Jika masih kurang, PMI akan mendatangkan logistik dari gudang regional PMI di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ia menambahkan, bantuan logistik untuk pengungsi antara lain 250 paket untuk keluarga dan 90 paket untuk bayi yang dibagikan pada Sabtu sebagai bantuan susulan setelah bantuan yang dibagikan dua hari sebelumnya.

Jusuf Kalla mengungkapkan, hingga Sabtu pukul 12.00 WIT, relawan PMI telah mengevakuasi 29 jenazah.

Mulai Sabtu kemarin, penyemprotan sudah dilakukan ke Sanduay, Wasior, dan Manggurai untuk mengantisipasi berjangkitnya penyakit menular karena kondisi lingkungan yang lembab, becek, dan pembusukan mayat.

Penyebab banjir

Terkait banjir yang disertai longsor bebatuan dan batang kayu berukuran besar di Wasior, Bupati Teluk Wondama Alberth Torey membantah adanya pembalakan liar di Cagar Alam Wondiboi. ”Tidak ada pembalakan di Wondiboi. Foto udara 2001-2009 menunjukkan kawasan hutan tidak mengalami gangguan. Musibah ini murni bencana alam,” katanya kepada Menko Kesra dan rombongan. Alberth menambahkan, batuan Wondiboi rapuh dan tebingnya curam.

Kepala Bidang Wasior, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Tangaa Barang di Wasior menyatakan, ”Karena curah hujan tinggi, di perbukitan itu terjadi patahan dan longsoran- longsoran membentuk semacam telaga. Saat tidak mampu lagi menampung, air meluap dan membawa kayu-kayu mati.”

Ia menyebutkan, jika batang- batang kayu yang terseret air bah hasil pembalakan, potongan-potongan halus akan terlihat. Sementara pada batang-batang kayu yang terbawa bersama air bah masih dilekati akar.

Guru Besar Geologi Teknik dan Lingkungan Universitas Gajah Mada Dwikorita Karnawati di Yogyakarta menyatakan, jika kayu yang terseret banjir bandang kayu gelondongan dengan ukuran teratur dan terpotong seragam tanpa akar, tumpukan kayu di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon. Namun, jika kayu yang terseret dilengkapi akar dan ranting, kemungkinan besar tumpukan kayu terjadi secara alamiah akibat longsor.

Sementara itu, evakuasi korban dan rehabilitasi infrastruktur Wasior masih terkendala ketersediaan alat berat.

Menko Kesra menjanjikan bakal mengerahkan alat-alat berat dari beberapa daerah ke Wasior.

Berdasarkan data Satuan Penanggulangan Bencana Wasior, ada 124 korban tewas yang ditemukan, 123 orang hilang, 181 orang luka berat, dan 2.000 orang luka ringan. Pasien luka berat dan tak bisa ditangani di Wasior dirujuk ke Manokwari.

Adapun jumlah pengungsi di Manokwari 1.859 orang, Nabire 223 orang, dan Wondama 2.283 orang. (ich/har/eki/wkm)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com