Pantauan Surya, sekitar 50 meter dari ujung gang menuju ke rumah Ponari memang rusak parah. Itu pula yang membuat antrean kendaraan dan ribuan manusia yang menunggu giliran berobat menjadi sangat panjang sehingga berdesak-desakan.
Menurut Wanto, perbaikan jalan dusun itu dibiayai dari penghasilan parkir kendaraan yang dikelola pihak ‘panitia pengobatan’. Tetapi dia tidak bisa merinci perkiraan jumlah biaya yang dibutuhkan.
"Kami usahakan sampai jalan ini bagus. Biaya kami diambilkan dari penghasilan parkir," kata Wanto.
Dia menjamin tidak mengambil isi kotak amal yang disumbangkan pasien untuk Ponari.
"Kotaknya hingga sekarang belum dibuka. Itu hak Ponari dan keluarganya," kata Wanto.
Selama ini Ponari setiap mengobati pasien menolak dibayar banyak. Dia hanya mau menerima rata-rata Rp 2000, yang dimasukkan ke dalam sebuah kotak khusus.
Perbaikan jalan masuk ke rumah Ponari merupakan persyaratan dari polisi sebelum Ponari kembali diperbolehkan menerima pasien. Tujuannya agar aliran kendaraan dan massa dapat lancar, guna menghindari jatuhnya korban lagi akibat berdesak-desakan saat antre menunggu giliran.
"Prinsipnya kami tidak mempersulit orang berobat. Kami hanya mencoba membantu mengatur agar lebih lancar dan tidak terjadi korban," ungkap Kapolres Khosim.
Dia juga meminta agar mekanisme antrean diperbaiki secara lebih efisien. "Kami sarankan agar diberlakukan sistem pemberian nomor antrean. Siapa yang datang lebih dulu diberi karcis bernomor, kemudian dipanggil," kata kapolres.
Karena Ponari menolak dipindahkan tempat praktiknya, maka polisi memberi syarat praktik bisa dibuka lagi setelah perbaikan jalan selesai. "Saya berharap dalam dua-tiga hari sudah bisa selesai, dan pengobatan dapat dimulai lagi," kata kapolres. (ST8)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.