Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukun Cilik Jombang Tolak Pindah Tempat Praktik

Kompas.com - 02/02/2009, 23:13 WIB

JOMBANG, SENIN - Meski keramaian antrean ribuan pasiennya telah menelan dua korban jiwa, namun Muhammad Ponari (10), dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Balongsari, Megaluh, Jombang Kabupaten Jombang, tetap akan buka praktik. Dia juga menolak niat polisi memindahkan tempat praktik dari rumah orangtuanya.

Menurut Kapolres Jombang, AKBP Moh Khosim, sebenarnya dia ingin pengobatan segera bisa dilakukan lagi dengam memindahkan lokasi pengobatan ke balai desa setempat. Tetapi, katanya, Ponari menolak.

"Dengan dipindahkannya lokasi pengobatan ke balai desa maka aliran kendaraan masuk dan keluar dusun bisa diatur lebih lancar. Tapi Ponari menolak," kata kapolres.

Sejak sekitar dua pekan terakhir ribuan orang berbondong-bondong mendatangi dukun cilik tersebut, yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Antrean mengharap kesaktian dukun tiban ini akhirnya merenggut nyawa Rumiadi (58) warga Kediri, dan Nurul Niftadi (42) warga Jombang.

Keberadaan Ponari sebagai dukun sakti mulai terdengar sejak sekitar dua pekan lalu. Ini setelah bocah kelas 3 SD tersebut menemukan batu sekepalan tangan saat disambar geledek sewaktu bermain di bawah hujan lebat, sekitar tiga pekan lalu. Batu ajaib itu kemudian dipakai mengobati. Caranya, batu dimasukkan ke dalam segelas air putih, kemudian airnya diminumkan ke orang yang sakit.

Karena kesaktian batu milik Ponari itulah maka banyak orang datang berobat. Sampai kemudian dua pasien tewas, diduga karena kecapaian mengantre lama. Polisi pun menutup sementara praktik Ponari.

Penutupan sementara tempat praktik dukun cilik ini membuat kecele sekaligus kecewa ribuan pengunjung, Senin (2/2). Para pasien yang tidak tahu adanya penutupan sementara tersebut berdatangan ke Dusun Kedungsari sejak pagi buta. Namun, massa pengunjung, yang sebagian besar berasal dari luar kota, akhirnya gigit jari. Begitu hendak masuk gang utama menuju ke rumah Ponari, mereka dicegat sejumlah pemuda yang mengaku panitia pengobatan Ponari.

Pemuda-pemuda itu mencegah pengunjung masuk dengan alasan ujung gang masih diperbaiki memakai paving sehingga pengobatan untuk sementara dihentikan. "Kalau perbaikan sudah selesai, pengobatan akan dilakukan lagi," kata Wanto, salah satu panitia.

Wanto kemudian memberikan nomor ponselnya untuk dihubungi pengunjung yang nanti ingin meminta informasi tentang kepastian apakah Ponari sudah praktik lagi. Para pasien yang hendak berobat, akhirnya hanya memperoleh nomor ponsel Wanto. Muhajir, warga Nganjuk, mengaku kecewa tidak bisa berobat. "Jauh-jauh dari Nganjuk saya bermaksud mengobatkan ibu saya yang sudah bertahun-tahun sakit asma," kata Muhajir, yang berniat akan datang lagi jika Ponari sudah kembali membuka praktik.

Rusak Parah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com