Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudik Nasional

Kompas.com - 02/09/2008, 09:44 WIB

Saya hanya dapat membayangkan bagaimana mereka jungkir balik malam sebelumnya dan pagi itu agar dapat membawa semua makanan dan jajanan ke tempat acara pada pagi itu. Bayangkan, total sekitar 150 makanan dan jajanan Nusantara terkumpul di tujuh meja pagi itu. Sulit untuk menyebutkannya satu per satu. Display itu sekaligus menunjukkan konsistensi kami semua terhadap janji Jalansutra: Melestarikan Pusaka Kuliner Nusantara.

Dasar Jalansutra! Kami memang bukan sekumpulan foodies alias pedoyan makan yang cuma bisa makan sana makan sini sampai gembul. Setiap makanan selalu “dibedah” dari setiap sisi – mulai dari resepnya sampai sejarahnya. Acara Mudik Nasional kemarin malah menjadi semakin asyik karena berbagai cerita yang mewarnai kehadiran setiap makanan. Arie Parikesit, misalnya, punya cerita tentang gurame yang dipilihnya sebagai protein untuk masakan mangut yang dihadirkannya. Suherlin Ganefi semula sudah berhasil “memaksa” mertuanya untuk membuat papais monyong yang khas Kuningan. Tetapi, akhirnya, karena tidak ada yang dapat mengantarkannya ke Jakarta, malah Suherlin harus bangun subuh untuk belanja dan masak sendiri.

Bisik-bisik cerita tentang Harry Nazarudin juga khas Jalansutra. Saking asyiknya melakukan “penelitian” tentang sayur babanci khas Betawi, maka ia pun menemukan calon jodohnya. Itu rumornya, lho? Maaf, kalau salah, ya, Har? Tetapi, kalau benar, harap dikonfirmasi.

Kenapa cerita tentang makanan menjadi sangat penting di Jalansutra - di samping makanannya sendiri? Setidaknya, itulah kesimpulan kami setelah lebih dari lima tahun guyub dalam persaudaraan besar ini. Kuliner Indonesia itu eksotis. Karena itu, adanya cerita tentang makanan akan membuatnya lebih menarik daripada sekadar citarasanya. Artinya, tanpa cerita tanpa hype, kebanyakan masakan dan jajanan Indonesia akan “lewat” begitu saja - lolos dari perhatian.

Ambil contoh tentang mangut, masakan seperti gule yang sangat pedas dan populer di kawasan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timar. Mangut adalah makanan rakyat dengan penampilan yang sangat sederhana - enggak ada istimewa-istimewanya. Tetapi, deskripsi tentang aroma ikan pari asap yang menggoda, tingkat kepedasan yang membuat keringat menetes dari ubun-ubun, dan citarasanya yang mak nyuss membuat masakan yang satu ini langsung meningkat daya tariknya beberapa garis.

Pernyataan “langka” dan “hampir punah” juga menjadi kata kunci penting yang membuat berbagai makanan dan jajanan mengalami “kelahiran kembali”. Tentu saja, JS-ers sangat ahli melakukan hal itu. Bukan sebatas kepala sukunya, tetapi sudah banyak JS-ers yang sekarang punya nama berbobot di dunia kuliner. Buku Rahasia Wine karya Yohan Handoyo telah terpilih menjadi buku terbaik dunia dalam kategori “best wine education book”. Adiknya, Marchellinus Hanjaya, pernah menjadi pemimpin redaksi majalah khusus tentang kuliner. Cindy Christian bersama Andrew Mulianto, Irvan Kartawiria, Lidia Tanod, Grace Khoesuma, Adi Taroepratjeka, dan beberapa relawan lain merupakan tulang punggung di balik Pustaka Kuliner. Lima tahun setelah didirikan, Komunitas Jalansutra telah mendapat kepercayaan publik di cakrawala kuliner. “JS Inside” semakin di mana-mana.

Karena itu, ulang tahun Jalansutra kelima ini merupakan titik penting untuk mengucapkan kesyukuran kami atas semua anugrah yang telah kami terima. Setelah ulang janji dengan membaca kembali “Deklarasi Jalansutra” yang kami proklamasikan pada 17 Agustus 2004 di Tugu Proklamator, Jakarta, kami meletakkan telapak tangan kanan masing-masing di dada kiri, merasakan jantung kami berdetak, sambil menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”.

           Di sana tempat lahir beta
           Dibuai, dibesarkan Bunda
           Tempat berlindung di hari tua
           Sampai akhir menutup mata.

Saya tahu, banyak yang lututnya goyah ketika menyanyikan lagu itu. Beberapa bahkan menitikkan air mata. Alangkah dahsyatnya perasaan kebangsaan kita!

Potongan tumpeng diserahkan kepada Marlina Hardí, JS-er berusia 80 tahun yang selalu hadir dalam setiap acara ulang tahun Jalansutra. Semoga Ibu Marlina dapat hadir terus dalam acara-acara ulang tahun kami berikutnya. Saya kutip kata-kata Sienny Lauw di milis: “Mudik Nasional ini membuat 'Satu Indonesia' mudah dinikmati bersama.”

Sekali merdeka, tetap merdeka! Sekali jalan-jalan, terus makan-makan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com