Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal karena Anak Tak Berhenti Menangis, Ayah Tendang Anaknya hingga Tewas

Kompas.com - 15/02/2016, 10:39 WIB
BATAM, KOMPAS.com - Warga di belakang Pasar Induk RT 07 RW 04 Jodoh Batam sempat heboh setelah Muhamad Efendi (36) mengaku kehilangan anak lelakinya, Muhamad Maulana (3), sejak Jumat (12/2/2016).

Namun hasil penyelidikan petugas justru menunjukkan, Effendi adalah pembunuh anak kandungnya sendiri.

Dari informasi yang dihimpun, awalnya, Maulana buang air besar di celana sambil menangis. Efendi lalu menghardik anaknya supaya diam. Namun, Maulana tak kunjung diam.

Tangisan Maulana lalu membuat Efendi hilang kendali. Dia mengambil ancang-ancang lalu menendang anaknya dengan menggunakan tumit.

Seketika, Maulana terjengkang sejauh dua meter dan membentur sebuah tiang yang ada di dalam kamar.

"Saya tendang dia karena dia tidak berhenti menangis. Pada saat itu dia eek dicelana," ungkap Efendi saat ditemui di Kantor Polsek Lubuk Baja, Minggu (13/2/2016) siang.

Setelah itu, Efendi mengatakan, anaknya langsung terdiam.

"Setelah saya tendang, dia sempat melihat saya sesaat, sebelum menutup matanya," lanjut Efendi.

Setelah itu, Efendi lalu pergi meninggalkan anaknya tergeletak di kamar di rumahnya di belakang Pasar Induk RT 07 RW 04 Jodoh Batam. Selang satu jam, dia kembali dan mendapati anaknya masih dalam posisi yang sama, tergeletak tidak bergerak.

Saat itulah, Efendi mengaku mulai panik. Dia mencoba membangunkan sang anak, namun tidak ada respon sama sekali. Kemudian dia mendekatkan telinganya ke dada sang anak dan dia terkejut karena tidak mendengar ada detak jantung. Saat itulah, dia baru sadar kalau sang anak sudah tiada.

"Saat saya cek dengan telinga saya, saya tidak lagi dengar suara detakan jantungnya. Saya mulai panik," katanya.

Setelah tahu Maulana telah tiada, Efendi kemudian berpikir untuk menghilangkan jejak agar tidak diketahui istri dan tetangganya. Dia lalu membersihkan kotoran sang anak yang masih menempel di celana.

"Setelah saya bersihkan, saya bungkus anak saya dengan kain dan saya letakkan di balik koper yang ada di kamar. Setelah itu, barulah saya merekayasa kalau anak saya hilang," katanya.

Minimnya saksi memang menjadikan polisi hanya berdasarkan dari BAP tersangka saja, termasuk kembali merekonstruksi peristiwa pembunuhan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com