RAJA AMPAT, KOMPAS.com - Sebanyak dua pelampung tambat labuh atau mooring system akhirnya terpasang di kawasan konservasi perairan Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (7/6/2024).
Dua titik mooring system seberat 430 kilogram itu tepatnya berada di perairan Friwen dan Mioskon untuk mencegah kerusakan terumbu karang dari jangkar kapal pinisi serta pesiar.
Baca juga: Bangkai Paus Sperma Ditemukan di Perairan Raja Ampat
Program bernama Raja Ampat Mooring System (RAMS) ini merupakan tambat labuh pertama di Indonesia yang dijadikan sebagai proyek percobaan selama enam bulan ke depan.
“Kita baru mulai dua (mooring system). Ini menandai langkah baru untuk perlindungan, pengamanan, dan pengelolaan ekosistem laut,” kata Papua Program Director Konservasi Indonesia (KI) Roberth Mandosir di Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat.
Baca juga: Seorang Warga Amerika Serikat Meninggal Usai Menyelam di Raja Ampat
Dengan adanya mooring system, Roberth mengatakan bahwa kapal pesiar atau pinisi tidak akan lagi menurunkan jangkar ke bawah laut yang di dalamnya terdapat terumbu karang.
“Pada saat kapal datang, dia tidak drop (jangkar) ke laut lagi. Tapi, tali kapan ditambatkan atau diikat pada mooring. Jadi, jangkar tidak akan turun,” ungkap Roberth.
“Jadi, ini (mooring) yang membantu menjadi jangkar untuk menahan kapal. Itu sebabnya, supaya tidak terjadi kerusakan karang,” lanjutnya.
Baca juga: KM Sinar Lema 01 Diperkirakan Tenggelam di Perairan Raja Ampat
Dalam pelaksanaannya, mooring system ini untuk kapal pesiar atau pinisi dengan kapasitas di bawah 700 Gross tonnage (GT).
Pasalnya, kapasitas kapal yang melebihi 700 GT sudah dianggap sebagai pelayaran besar.
Sementara, Roberth mengungkapkan, maksimum pemakaian satu mooring system ini untuk periode waktu selama enam jam.
“Jadi begini, aturan yang sesungguhnya, itu adalah satu mooring itu satu kapal. Tetapi, tambat labuhnya, itu periode maksimal enam jam. Ketika sudah enam jam, (kapal harus) geser atau masuk (yang lain),” ujar Roberth.
Baca juga: Kapal Wisata Oceanik Terbakar di Raja Ampat, Semua Wisatawan dan ABK Selamat
Secara terpisah, Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Barat Daya Jhony Way mengungkapkan, tidak sedikit kapal yang melintas di perairan Raja Ampat lalu merusak terumbu karang.
“Sekarang ini banyak pinisi, kapal-kapal turis, kapal-kapal pesiar yang berseliweran di atas laut Raja Ampat,” kata Jhony saat ditemui di Kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya, Kamis (6/6/2024).
“Tetapi, tempat tambatnya, tempat untuk dia berlabuh dengan menurunkan sauh atau jangkar itu, sampai sekarang belum ada yang bagus, belum ada yang baik di sana,” lanjutnya.
Dengan tidak adanya tempat menambah, Jhony tidak menampik bahwa kapal yang kebanyakan membawa turis asing tersebut menurunkan jangkar secara tidak teratur.
“Berarti otomatis karang ini akan rusak. Kalau rusak, ya mati. Teman-teman pemerhati konservasi mengatakan, terumbu karang bisa terbentuk kembali ya ratusan tahun,” ucap Jhony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.