KOMPAS.com - Dua perempuan asal Lampung, Uniroh dan Maria Novitawati menceritakan perjuangan mereka membantu anak-anak termarginalkan.
Dua Kartini masa kini tersebut memiliki latar belakang berbeda. Uniroh merupakan seorang guru, sedangkan Maria Novitawati seorang psikolog.
Mereka memiliki satu tujuan yang sejalan yakni menjangkau anak-anak yang termarjinalkan, atau yang kurang mendapatkan perhatian dan kadang terlupakan oleh khalayak, dengan jalan memfasilitasi untuk mendapatkan pendidikan dan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.
Baca juga: Jatuh Bangun Perempuan Asal Tasikmalaya Bangun Usaha Hijab yang Kini Diburu Konsumen
Uniroh, memberi kesempatan bagi anak termarginalkan, dengan menggagas berdirinya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pesona Pulau Tegal, Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
PKBM Pesona Pulau Tegal menjadi sekolah informal satu-satunya yang mampu memfasilitasi anak-anak di Pulau Tegal untuk mengenyam pendidikan yang setara dengan anak-anak lain di seberang pulau, tepatnya di desa-desa di Kecamatan Teluk Pandan, dan Padang Cermin.
Baca juga: Hari Kartini, Tempat Sewa Baju Adat di Semarang Diserbu Warga, Ada yang Tembus 1.000 Orderan
Pada 2016, guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Desa Gebang, Kabupaten Pesawaran ini datang ke Pulau Tegal yang ada di seberang bersama anak perempuannya untuk meneliti.
Melihat kondisi anak-anak di pulau yang belum mampu baca tulis dan belum menjadikan pendidikan sebagai prioritas, membuatnya tergerak untuk menjangkau anak-anak pulau itu dengan fasilitas pendidikan.
"Meski jumlahnya tak banyak, anak-anak Pulau Tegal juga merupakan generasi penerus bangsa yang dilindungi negara dan dalam undang-undang wajib mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya," ujar Uniroh dikutip dari Antara, Minggu (21/4/2024).
"Saya sebagai guru sekaligus PNS berkewajiban untuk menyediakan akses itu kepada anak-anak pulau. Jadi, saya berjanji saat itu akan kembali lagi ke sana dengan membawa pendidikan bagi mereka," ungkap Uniroh dengan bersemangat mengingat janjinya di masa lampau.
Pendirian PKBM Pulau Tegal pun akhirnya dilakukan setelah mengurus berbagai izin administrasi dengan bantuan berbagai pihak terkait.
Sebelumnya ruang belajar hanya berlantai tanah, tanpa ada fasilitas yang memadai, kini telah berkembang dengan berbagai fasilitas yang baik.
PKBM Pesona Pulau Tegal kini memiliki ruang belajar berlantai keramik meski tak cukup luas, dengan dilengkapi kursi meja, smart TV, papan tulis, mesin jahit bagi pendukung pembelajaran, sarana toilet, ruang baca, hingga satu unit kapal bagi operasional para relawan guru untuk menyeberang pulau setiap hari.
Untuk menuju Pulau Tegal membutuhkan waktu perjalanan sekitar 25-30 menit dari Dermaga Pantai Ringgung.
Keberadaan PKBM Pesona Pulau Tegal mampu mengubah anak-anak menjadi sosok yang berbeda melalui pendidikan.
Anak-anak yang sebelumnya sama sekali tidak bisa membaca hingga usia kelas 6 sekolah dasar, kini mereka telah mampu baca tulis, bahkan juga mengikuti mata pelajaran layaknya siswa di sekolah formal di seberang pulau.
Hal tersebut membuat para orangtua siswa kini telah ikut serta berperan, dengan membantu menyediakan bensin bagi operasional kapal para guru relawan.