Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sivitas Akademika Universitas IBA Palembang Kritik Sikap Presiden Jokowi pada Pilpres 2024

Kompas.com - 07/02/2024, 14:16 WIB
Aji YK Putra,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sivitas akademika Universitas IBA Palembang menyampaikan petisi Sriwijaya. Mereka prihatin terhadap sikap Presiden Jokowi pada Pilpres 2024 yang dinilai tidak netral dan dapat merusak demokrasi.

Petisi ini disampaikan langsung oleh Rektor Universitas IBA Palembang, Tarech Rasyid di kampus mereka yang dihadiri langsung mahasiswa dan para dosen.

Tarech menegaskan, nilai demokrasi di Indonesia saat ini mulai terkikis karena sikap Presiden Jokowi yang diduga menggunakan alat negara dan elite politik untuk melanggengkan kekuasaannya dalam Pemilu 2024.

Baca juga: Resmikan 2 Ruas Tol di Sumut, Jokowi Yakin Kunjungan ke Danau Toba Bakal Meningkat

Hal ini terlihat dari sidang putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menyatakan, mantan ketua MK telah melanggar etik karena meloloskan gugatan batas usia capres, sehingga Gibran Rakabuming melanggeng maju sebagai cawapres Prabowo.

"Kita prihatin melihat perilaku presiden yang berupaya memberangus demokrasi, kita melihat perselingkuhan Mahkamah Konstitusi (MK) dan kekuasaan hingga melahirkan anak ‘Kampang’ (haram) konstitusi," kata Tarech, Rabu (7/2/2024).

Baca juga: Saat Kampus Ramai-ramai Kritisi Jokowi, Untirta Minta Pemenang Pemilu Lanjutkan Pembangunan

Selain itu, bantuan sosial yang digelontorkan Jokowi mendekati beberapa pekan jelang Pemilu disinyalir memiliki syarat kepentingan politik. Tujuannya, warga memilih paslon nomor dua di mana anaknya mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden.

“Sikap Presiden Jokowi dan elite politik mempolitisasi bantuan sosial untuk kepentingan elektoral dan menggunakan alat negara menjauhkan cita-cita dalam membangun negara hukum yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat,” tegasnya.

Dalam petisi Sriwijaya itu, sivitas akademika Universitas IBA menyerukan enam poin. 

Pertama, mendesak Presiden Jokowi kembali sebagai negarawan yang mengedepankan etika, nilai-nilai Pancasila, dan UUD 1945.

Kedua, menuntut KPU dan Bawaslu RI bersikap netral, profesional, dan transparan dalam menjunjung prinsip Luber Jurdil.

Ketiga, menuntut TNI, Polri, Pj Gubernur dan Pj Bupati, ASN, dan kepala desa di Indonesia menjaga sikap dan martabatnya untuk netral.

Keempat, mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu sesuai asas Luber Jurdil.

Kelima, meminta aparat negara tidak melakukan upaya intervensi ke universitas baik PTN dan PTS.

Keenam, menuntut agar elite pemerintah dan elite politik tidak menuding atau menuduh guru besar, akademisi, dan intelektual yang menyuarakan keresahan.

“Pelanggaran etika, norma, dan nilai-nilai Pancasila semakin terang-terangan dilakukan. Pernyataan Presiden tentang keberpihakannya lewat pernyataan boleh berkampanye keluar dari kepala negara yang tak memahami UU secara utuh," ucap dia. 

Padahal, dalam UU Nomor 7 Tahun 2017, ada butir pasal yang diabaikan Presiden.

"Ini menjadi kegalauan kita dan menyerukan petisi ini," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com