FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Sebanyak empat pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan meninggal dunia.
Mereka adalah Yuliana Soge (98), Maria Peni Hayon (70), Petrus Kula Puka (64), warga Desa Nobo, Kecamatan Ilebura, dan Antonius Belang Uran (79), warga Desa Nurabelen, Kecamatan Ilebura.
Antonius meninggal dunia pada 17 Januari 2024. Kemudian disusul tiga pengungsi lainnya.
Kadis Kominfo Flores Timur Hironimus Lamawuran mengungkapkan, rata-rata pengungsi yang meninggal dunia menderita sakit asma, rematik, sesak napas, dan asam urat.
Baca juga: Gunung Lewotobi Alami 4 Kali Gempa Letusan dan 28 Kali Guguran pada Selasa Pagi
Maria Peni Hayon, misalnya. Maria mengungsi ke kamp pengungsian di Konga, Kecamatan Titehena, pada 2 Januari 2024.
Pada 15 Januari 2024, dia dijemput untuk menginap di rumah warga Konga dengan alasan hujan angin. Maria juga memiliki riwayat sesak napas.
Baca juga: Turun ke Level Siaga, Pemkab Belum Putuskan Perpanjangan Masa Tanggap Darurat Erupsi Lewotobi
Enam hari berselang Maria mendatangi pos kesehatan Konga dengan keluhan sesak napas lebih kurang empat hari, batuk pilek, nyeri ulu hati dan nafsu makan menurun.
Pasien sempat mengalami muntah darah bercampur lendir. Pasien kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Santu Gabriel Kewapante Kabupaten Sikka.
"Pada 25 Januari 2024 pukul 23.45 Wita, Maria meninggal dunia," ucap Hironimus kepada Kompas.com, Selasa (30/1/2024).
Kemudian, Petrus Kula Puka (64), petani asal Desa Nobo Kecamatan Ile Bura. Petrus bersama keluarga mengungsi ke kamp pengungsian Konga pada 1 Januari 2024.
Delapan hari berselang, Petrus dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Lewolaga untuk menjalani perawatan. Setelah itu pasien dibawa pulang ke Desa Konga.