FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Belasan pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tampak asyik bercerita di depan teras rumah Yohanes Kuda Iri (76) di Desa Boru Kedang, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (15/1/2024) pagi.
Beberapa di antaranya ialah anak-anak dan lansia. Ada yang duduk bersila, ada pula yang berdiri sembari menatap ke arah Gunung Lewotobi Laki-laki.
Baca juga: Gunung Lewotobi Keluarkan 3 Kali Awan Panas Guguran Selama 6 Jam, Jarak Luncur 1,5 Km
Sesekali mereka bersenda gurau sambil tertawa. Namun perasaan cemas masih menyelimuti hati mereka. Terlebih sepekan terakhir aktivitas vulkanik gunung itu mengalami peningkatan.
Yohanes bercerita, ada 29 pengungsi yang kini tinggal di rumahnya.
"Di rumah saya ini ada 29 orang yang mengungsi. Mereka dari Desa Klatanlo," ujar Yohanes kepada Kompas.com, Senin.
Baca juga: Senin Pagi, Gunung Lewotobi Alami 13 Kali Gempa Guguran
Desa Boru Kedang berjarak sekitar delapan kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Yohanes menuturkan, malam menjelang pergantian akhir tahun 2023, ia mendengar suara gemuruh disertai dentuman kuat. Warga kaget dan berteriak. Ada juga berlari ke kebun untuk menyelamatkan diri.
Namun malam itu Yohanes bersama lima anggota keluarganya memilih bertahan di rumah. Dia meminta agar mengenakan kain untuk menutup hidung dan mulut.
Meski hujan debu dan aroma belerang mulai terasa, Yohanes saat itu masih yakin desanya aman dari erupsi Lewotobi Laki-laki.
"Saya sudah alami berkali kali-kali gunung itu meletus. Waktu itu saya minta keluarga untuk tetap bertahan di dalam rumah," ucap dia.
Tidak lama kemudian sejumlah warga datang dengan mobil pikap. Mereka lalu mengetok pintu rumah Yohanes. Saat pintu dibuka, ternyata warga dari Desa Klatanlo, beberapa orang masih merupakan kerabat.
Wajah mereka pada panik dan takut. 20 menit berselang beberapa warga lain menyusul ke rumahnya.
"Malam itu ada 29 orang yang datang ke rumah. Beruntungnya saya ada rumah di sebelah, sehingga bisa tampung semuanya," ujar dia.
Baca juga: Senin Pagi, Gunung Lewotobi Alami 13 Kali Gempa Guguran
Malam itu, kenang Yohanes, mereka tidak tidur lantaran takut terjadi letusan besar.